Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Snob

10 Oktober 2021   12:57 Diperbarui: 10 Oktober 2021   13:02 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya mengenali kebiasaannya melembungkan dada. Bermegah dalam kata-kata dengan banyak keinginan muluk. Tidak mau mengembangkan usaha secara perlahan, konvensional, dan butuh perjuangan.

“Jangan mengusulkan business as usual! Buatlah grand design bombastis, menghasilkan uang banyak sekaligus.”

Ada selang waktu lumayan panjang Gustavo dan saya berada dalam sebuah institusi pekerjaan. Usulan untuk menjalankan sebuah usaha pemasokan, yang menurut hemat saya mampu mendatangkan pendapatan rutin, ditanggapi dengan mengangkat kepalanya.

“Kecil ya! Cuma seratus lima puluh juta per bulan.”

Ia demikian terobsesi kepada proyek pertama, dengan hasil enam koma satu miliar dalam tempo kurang dari dua tahun.

Lain waktu, menimbang bahwa kereta rel listrik sudah sedemikian bagus, tertib, dan rapi, berbeda keadaan pada waktu zaman rezim otoritarian berkuasa, saya mengusulkan strategi branding. Menggunakan gerbong KRL sebagai media placement bagi promosi produk-produk.

Enggak mau. Begini, suatu ketika saya nongkrong bareng Dirut kereta. Gak bakalan terlihat deh! Gerbong terlalu cepat bergerak,” sergah Gustavo menciutkan nyali.

Akhirnya, saya bersusah-susah merakit sebuah rencana bagus tentang ekshibisi, berkaitan dengan perusahaan milik negara. Proyek itu berpotensi meraup keuntungan miliaran. Gustavo senang. 

Ia memiliki akses kepada seorang menteri dan petinggi lainnya, katanya. Bermodalkan konsep keren dan koneksi bagus, ia merangkul kawannya sebagai penyandang dana. 

Selebriti tersebut menyetor empat ratus juta rupiah. Mencatatkan bahagian empat puluh persen di dalam akta pendirian perusahaan. Sedangkan Gustavo menempati posisi pemegang saham mayoritas. Enam puluh persen!

Tidak sampai setengah tahun, kongsi tersebut bubar. Permodalan tergerus oleh gaji dewan direksi, manajer, dan operasional kantor di kawasan perkantoran elite. Ditambah pembiayaan untuk gaya hidup mewah Gustavo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun