Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Journalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tinggalkan Baiat NII Demi Keutuhan NKRI

8 Oktober 2021   08:57 Diperbarui: 8 Oktober 2021   09:01 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Membacakan pernyataan pengikut NII kembali ke NKRI (KOMPAS.com/ARI MAU)

Setelah dua tahun berlalu, seorang ayah baru menyadari anaknya mengikuti ajaran menyimpang. Anaknya telah dibaiat sebagai pengikut Negara Islam Indonesia.

Sebetulnya pria Garut itu sempat menyadari adanya perubahan perilaku pada anaknya, yang lebih patuh kepada kelompoknya daripada kepada orang tuanya sendiri.

Berita selanjutnya dapat dibaca di kompas.com: Dugaan Baiat NII Terbongkar Saat Salah Satu Anak Kecelakaan Motor

Seperti apa penyimpangan dimaksud?

Disebut menyimpang, karena –salah satunya—kerap menyatakan kafir kepada pihak selain yang berada di dalam kelompoknya.

Oleh karena kesetiaan kepada “pemimpin” kelompok bersifat mutlak. Pengikutnya didoktrin untuk membiayai gerakan dengan segala cara. Kalau perlu, di antaranya, mencuri harta orang tuanya.

Sahabat saya yang telah almarhum semasa hidupnya pernah ikut kelompok semacam itu. Suatu malam ia mengalami kecelakaan di tempat berlawanan dengan arah tujuan pulang. Jauh pula lokasinya. Untungnya ada teman-teman dekat yang membawa pria lajang itu ke rumah sakit.

Ternyata baru diketahui, setiap hari, setiap malam usai jam kantor, ia menghadiri suatu pertemuan. Menjadi pengikut sebuah kelompok menyimpang. Ia telah dibaiat.

Menurut KBBI pengertian baiat (bai-at, n) adalah:

  1. Pelantikan secara resmi; pengangkatan; pengukuhan;
  2. Isl pengucapan sumpah setia kepada imam (pemimpin);

Pemahaman baiat, kemudian, disalahkan-artikan sebagai sumpah setia yang mengikat, dengan segala cara. Pengikut memasrahkan jiwa, raga, juga harta benda kepada pemimpin kelompok.

Sahabat saya di atas menjual rumah di kawasan semi real estate dan mobil. Hasilnya diserahkan kepada kelompok sesat itu. Sesudah itu ia hidup ngekos dan mengendarai sepeda motor untuk hilir mudik. Betapa sahabat saya telah dibodoh-bodohi oleh kelompok tidak jelas, kendati pendidikannya tinggi.

Saya pun pernah sekali “terjerumus” ke dalam suatu kelompok gelap yang berkedok pengajian. Semasa SMP. Dengan promosi menarik, seorang kawan sekolah mengajak saya untuk mengikuti sebuah pengajian.

“Asyik lho, selain lancar melafalkan, kita juga dibuat mengerti arti dari masing-masing ayat.”

Tak butuh waktu lama, saya bergabung dengan kelompok pengajian tersebut.

Sampai sekarang saya masih ingat betul, suasana dan aroma di tempat pengajian. Menempati sebuah rumah di sentra pembuatan tempe, ruangan dalam terasa agak temaram, tapi cukup lumayan untuk membaca. Berhawa pengap, kendati udara luar berangin. Aroma dari bumbu-bumbu dapur menguar tajam.

Rupa-rupanya pemilik rumah, sekaligus guru mengaji kelompok, mencari nafkah dengan cara mengemas bumbu dapur dari kantong-kantong besar ke dalam bungkus-bungkus plastik kecil. Bau tajam lada, ketumbar, dan rempah penyedap terhirup ketika mengaji.

Benar. Dalam pengajian, guru mengenalkan arti dari tiap-tiap ayat. Saya menjadi fasih membaca ayat-ayat suci dan mengetahui sebagian artinya (secara harfiah). Semakin lama kegiatan menjadi kian malam.

Selama bulan Ramadhan, pengajian berlangsung sampai menjelang waktu sahur. Barangkali saat itu orang tua saya bertanya-tanya, tetapi hati saya membeku, pikiran hanya tertuju kepada kelompok.

Akhirnya tiba saat untuk dibaiat. Saya lupa isi pengucapan sumpah setia. Hanya ingat bahwa berjanji setia kepada imam (lupa namanya) sebagai pemimpin utama kelompok itu. 

Terdengar berita selentingan, apabila mengingkari baiat, maka pengikut tersebut akan diburu untuk dibunuh. Terinformasi juga, kelompok itu tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Bergerak di bawah tanah, mereka merekrut golongan usia muda.

Sejak saat itu pada masa tertentu, terutama salat Jumat, mutlak harus dilaksanakan di suatu mesjid kelompok yang telah ditentukan. Tidak boleh di masjid lain.

Khatib dalam ceramahnya menyuruh (mendikte) agar laki-laki pengikut yang telah dibaiat memilih wanita dari dalam kelompok saja. Wanita di luar itu haram dinikahi.

Mereka mendoktrin bahwa orang-orang di luar kelompok adalah kafir yang pantas dibunuh. Teman-teman sekolah, guru-guru sekolah, saudara-saudara, bahkan orang tua dicap kafir, bila tidak ikut kelompok sesat itu.

Orang tua kandung dianggap kafir?

Pernyataan itu menimbulkan pemberontakan di dalam diri saya. Nalar kembali bekerja: ada yang salah nih?

Dengan menafikan, konon, ancaman dibunuh dan baiat telah diucapkan, esoknya saya tidak mau lagi mengikuti pengajian ajaran menyimpang. Kemudian saya tahu ia bernama: Islam Jamaah. Sebuah kelompok dilarang oleh rezim Orde Baru.

Saya keluar dari kelompok sesat itu untuk seterusnya. Ancaman-ancaman merupakan pepesan kosong. 

Sampai sekarang saya masih hidup.

Kesimpulan

Patuh kepada sebuah baiat, atau isi pengucapan sumpah setia kepada pemimpin dan kelompok harus dicermati sungguh-sungguh. 

Apakah isinya tunduk kepada UUD 1945, sebagai dasar konstitusi, dan Pancasila, sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia?

Jika tidak, segera tinggalkan sebelum Anda terlalu jauh “dicuci otak” oleh pemimpin kelompok terlarang.

Biasanya kelompok sesat itu mengemas kegiatannya dalam kegiatan pengajian. Suatu proses pengajaran yang membawa ke pemaknaan harfiah, menyimpang, dan direkayasa sesuai kepentingan mereka. Perekrutannya pun dari mulut ke mulut, alias dari teman sebaya. Mereka akan menyasar anak-anak usia muda.

Perilaku pengikut ajaran itu cenderung asosial, menjurus kepada pribadi antisosial, juga lebih patuh kepada pemimpinnya daripada kepada orang tua.

Selain berpotensi mengganggu keutuhan NKRI, kelompok sesat semacam itu mencemari Islam dan forum pengajian yang diselenggarakan dalam rangka ibadah.

Jadi, segera lupakan, abaikan, dan tinggalkan baiat NII atau kelompok-kelompok terlarang semacam itu, demi menegakkan keutuhan NKRI.

Semoga menjadi pelajaran bagi kita semua.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun