Maka, dua ekor kucing mengeong-ngeong terus-menerus dengan suara nyaring yang bising, membuat kuping berdenging, kepala pusing.
Anak kucing semakin dewasa semakin arogan. Kucing-kucing petualang lain yang menghampiri diusirnya dengan lengkingan, sesekali ditampar dengan cakarnya.
Paling terakhir, mencermati keangkuhan sang anak di wilayah kekuasaan, induknya menyingkir entah ke mana.
Badannya yang besar membuatnya semakin arogan. Ia mendeklarasikan diri sebagai pengusaha tunggal koloni di luar pintu expanda. Demi mempermaklumkan teritori, ia mengencinginya. Sekaligus menjadikannya sebagai tempat berdaulat baginya untuk membuang hajat.
Agar bau menyengat tidak mengalir bersama angin melalui pintu expanda , saya harus sering-sering menyiram dengan air dan juga menggali lubang untuk memendam kotoran itu.
Rupa-rupanya kucing abu-abu berekor panjang yang cerewet itu sudah lupa dengan kebudayaannya untuk memendam sampah dari perut.
Ditambah, ia tetap mempertahankan kebiasaan mengeong-ngeong terus-menerus dengan suara nyaring yang bising, membuat kuping berdenging, kepala pusing.
Setiap saya sarapan, bersantap siang, makan malam, menutup pintu kulkas, dan mengeluarkan bunyi ketika bergerak, kucing jantan berwarna abu-abu putih berekor panjang otomatis mengeong. Terus-menerus dengan suara nyaring yang bising, membuat kuping berdenging, kepala pusing.
Saya berpikir, tiada jalan lebih baik daripada menyingkirkannya. Suatu malam saya mengenakan sarung. Mengendap-endap ke belakang, menyergap, lalu memasukkannya ke dalam karung. Setelah itu saya mengendarai sepeda motor menuju tempat yang lumayan jauh.
Malam itu aman sentosa. Tidak terdengar suara apa-apa. Sunyi.
Keesokan paginya, seperti biasa saya sarapan. Sendok menggaruk nasi goreng. Sejenak beradu dengan piring, maka seketika itu juga terdengar dari balik pintu expanda suara mengeong-ngeong terus-menerus, nyaring yang bising, membuat kuping berdenging, kepala pusing.