Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kucing Cerewet Berwarna Abu-abu dengan Ekor Panjang

15 Mei 2021   05:59 Diperbarui: 15 Mei 2021   06:20 1225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kucing oleh PublicDomainPictures dari pixabay.com

Maka, dua ekor kucing mengeong-ngeong terus-menerus dengan suara nyaring yang bising, membuat kuping berdenging, kepala pusing.

Anak kucing semakin dewasa semakin arogan. Kucing-kucing petualang lain yang menghampiri diusirnya dengan lengkingan, sesekali ditampar dengan cakarnya.

Paling terakhir, mencermati keangkuhan sang anak di wilayah kekuasaan, induknya menyingkir entah ke mana.

Badannya yang besar membuatnya semakin arogan. Ia mendeklarasikan diri sebagai pengusaha tunggal koloni di luar pintu expanda. Demi mempermaklumkan teritori, ia mengencinginya. Sekaligus menjadikannya sebagai tempat berdaulat baginya untuk membuang hajat.

Agar bau menyengat tidak mengalir bersama angin melalui pintu expanda , saya harus sering-sering menyiram dengan air dan juga menggali lubang untuk memendam kotoran itu.

Rupa-rupanya kucing abu-abu berekor panjang yang cerewet itu sudah lupa dengan kebudayaannya untuk memendam sampah dari perut.

Ditambah, ia tetap mempertahankan kebiasaan mengeong-ngeong terus-menerus dengan suara nyaring yang bising, membuat kuping berdenging, kepala pusing.

Setiap saya sarapan, bersantap siang, makan malam, menutup pintu kulkas, dan mengeluarkan bunyi ketika bergerak, kucing jantan berwarna abu-abu putih berekor panjang otomatis mengeong. Terus-menerus dengan suara nyaring yang bising, membuat kuping berdenging, kepala pusing.

Saya berpikir, tiada jalan lebih baik daripada menyingkirkannya. Suatu malam saya mengenakan sarung. Mengendap-endap ke belakang, menyergap, lalu memasukkannya ke dalam karung. Setelah itu saya mengendarai sepeda motor menuju tempat yang lumayan jauh.

Malam itu aman sentosa. Tidak terdengar suara apa-apa. Sunyi.

Keesokan paginya, seperti biasa saya sarapan. Sendok menggaruk nasi goreng. Sejenak beradu dengan piring, maka seketika itu juga terdengar dari balik pintu expanda suara mengeong-ngeong terus-menerus, nyaring yang bising, membuat kuping berdenging, kepala pusing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun