Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tiga Perempat Cangkir Kopi Cokelat

17 Maret 2021   17:51 Diperbarui: 17 Maret 2021   18:03 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak hanya meracik kopi cokelat, pria itu mahir memasak,  mulai dari masakan mudah, seperti mi instan rebus, sampai dengan olahan Italia yang maknyus.

Mengenai memasak mi ia memiliki gaya tersendiri, yaitu: mi kering di dalam bungkus plastik diremasnya dengan kedua tangan kekarnya, lantas dua buah cabai rawit digerus bersama bumbu di dasar mangkuk.

Kemudian, mi remuk dimasukkan ke dalam panci berisi air mendidih dan sebutir telur. Setelah telur matang sempurna dan mi tidak terlalu lunak, menyusul potongan daun selada, masuk ibarat dicelupkan saja.

Cara sederhana, namun elegan, sebagaimana tampilannya yang menawan, bergaya flamboyan, didukung oleh tampang tampan serupa Tora Sudiro.

Itulah yang membuat wanita bermata bintang, berambut pendek, dan bertubuh mungil itu tak kuasa menentang sihir pria flamboyan itu.

Ia terjerembap ke dalam sebuah pesona yang telah menyentuhnya, menghirup seluruh isi hatinya, lalu menghisap kemudaannya. Berkali-kali.

Wanita bermata bintang terlalu dimabuk cinta, sehingga angan melayang hanya kepada satu hal: keindahan!

Kabar baiknya, pria itu mau bertanggungjawab dengan tidak membiarkannya sendirian menanggung kekhilafan. 

Pria flamboyan bersedia mengikat sang wanita bermata bintang dalam sebuah bahtera kehidupan. Kebahagiaan menyelimuti kedua pasangan tersebut, sampai lahirnya buah keindahan cinta.

Pria tampan kembali kepada gayanya yang elegan, menawan, dan flamboyan. Membuatnya menarik perhatian wanita tetangga, gadis teman kantor, bartender wanita sebuah kafe di Kebayoran, dan entah berapa banyak wanita di jalanan.

Perbuatan lancung dikemas di belakang layar bahtera rumah tangga. Sebagian tidak ketahuan. Sebagian lagi tersingkap dengan berbagai cara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun