Tidak hanya meracik kopi cokelat, pria itu mahir memasak, mulai dari masakan mudah, seperti mi instan rebus, sampai dengan olahan Italia yang maknyus.
Mengenai memasak mi ia memiliki gaya tersendiri, yaitu: mi kering di dalam bungkus plastik diremasnya dengan kedua tangan kekarnya, lantas dua buah cabai rawit digerus bersama bumbu di dasar mangkuk.
Kemudian, mi remuk dimasukkan ke dalam panci berisi air mendidih dan sebutir telur. Setelah telur matang sempurna dan mi tidak terlalu lunak, menyusul potongan daun selada, masuk ibarat dicelupkan saja.
Cara sederhana, namun elegan, sebagaimana tampilannya yang menawan, bergaya flamboyan, didukung oleh tampang tampan serupa Tora Sudiro.
Itulah yang membuat wanita bermata bintang, berambut pendek, dan bertubuh mungil itu tak kuasa menentang sihir pria flamboyan itu.
Ia terjerembap ke dalam sebuah pesona yang telah menyentuhnya, menghirup seluruh isi hatinya, lalu menghisap kemudaannya. Berkali-kali.
Wanita bermata bintang terlalu dimabuk cinta, sehingga angan melayang hanya kepada satu hal: keindahan!
Kabar baiknya, pria itu mau bertanggungjawab dengan tidak membiarkannya sendirian menanggung kekhilafan.Â
Pria flamboyan bersedia mengikat sang wanita bermata bintang dalam sebuah bahtera kehidupan. Kebahagiaan menyelimuti kedua pasangan tersebut, sampai lahirnya buah keindahan cinta.
Pria tampan kembali kepada gayanya yang elegan, menawan, dan flamboyan. Membuatnya menarik perhatian wanita tetangga, gadis teman kantor, bartender wanita sebuah kafe di Kebayoran, dan entah berapa banyak wanita di jalanan.
Perbuatan lancung dikemas di belakang layar bahtera rumah tangga. Sebagian tidak ketahuan. Sebagian lagi tersingkap dengan berbagai cara.