Mulutku menganga takjub.
"Panjang ceritanya."
"Aku mendengarkan," suara parau keluar dari ruang kosong.
Mengingat bahwasanya cerita pria itu sangat panjang, maka aku susutkan berupa uraian ringkas, sebagai berikut:
Pengalaman kesatu. Semasa SMA, ia trek-trekan seusai pulang sekolah. Beradu kecepatan dengan sama-sama pemakai motor jambret, RX King. Pada jalanan yang menurun curam, motor lawan kedodoran, motor yang dikendarainya lebih depan. Belum puas menghirup aroma kemenangan, mendadak mesin motor terbatuk-batuk lalu mogok. Lawan menyalip dengan kecepatan tinggi, lantas menumbuk pintu Jeep yang tiba-tiba membelok. Hancur dan mati.
Pengalaman kedua. Sewaktu kuliah, dengan sepeda motor yang sama ia bergaya, meliuk-liuk di antara kemacetan lalulintas. Tengah asyik melesat di antara antrean mobil, mendadak muncul sedan melintang, menyeberang jalan. Pedal rem belakang diinjak, tuas rem depan ditarik. Alhasil, ban menjerit, sepeda motor rebah berseluncur di aspal, bersamanya. Akibatnya? Baret-baret di sekujur tubuh saja. Tidak mati.
Pengalaman ketiga. Hari merangkak malam, ia naik angkot 108 jurusan Parung -- Lebak Bulus. Mata terkantuk-kantuk. Kendaraan melaju di atas jalan mulus. Mendadak angkot berjalan zig-zag, menghindari penyeberang jalan, kemudian terguling. Empat penumpang terbanting-banting. Ia hidup. Tiga mati.
Pengalaman keempat. Dalam perjalanan menuju Jonggol. Iya! Jonggol, bukan Timbuktu. Ia mengejar kecepatan. Memburu tanda-tangan Kepala Sekolah, sebagai pelengkap berkas proyek pengadaan bangku SD. Jalanan berlapis beton, naik turun, dan berkelok-kelok. Pada sebuah tikungan sempit, ia hendak menyalip sebuah truk. Saat berjajar dengan badan angkutan barang itu, ekor matanya melihat raksasa hijau mendekati dalam kecepatan tinggi. Sebuah dump truck kosong ngebut di jalan menurun. Pria itu mengerem. Sayangnya, setang setir sepeda motor membentur ujung bak truk. Mencium aspal, tapi tidak tergencet truk. Lolos dari maut.
Pengalaman kelima. Di tol Cawang -- Tanjung Priok. Siang menyengat. Kabin Daihatsu Zebra terasa sejuk. Kombinasi yang mengundang rasa kantuk. Ia ngebut agar segera tiba di tujuan. Sekian detik matanya terpejam. Terjaga karena suara klakson bertubi-tubi dari pengemudi lain. Di hadapannya menyembul beton pembatas jalan. Ia menginjak pedal rem sekuat tenaga sambil memutar kemudi ke kiri. Ia selamat. Jantung berdegup. Nyaris membentur tembok kematian.
Pengalaman keenam. Jalan tol Jagorawi lurus pun mulus. Terakhir dilihatnya jarum spidometer menunjuk angka 100 MPH, atau 161 KM per jam. Renungnya memutar ulang perayaan tadi malam di Dragon Fly. Ia terlalu banyak menenggak illusion bersama tequila. Pandangan kabur. Rasa kantuk hebat menyerang. Ia tersadar setelah Mercedes yang dikendarainya merumput di tepi jalan tol lalu bersandar dengan manisnya pada sebuah pohon peneduh. Sekali lagi, pria yang senang berkisah itu batal mati.
"Demikian ceritanya, kenapa aku dijuluki Pria Bernyawa Tujuh," ia menghembuskan napas sambil mengembangkan cuping hidung.