Reaksi pertama ketika berada di ruang kosong, tenang, dan lengang adalah rasa bimbang. Cenderung kalut.
"Kemarilah! Jangan gugup, ki sanak."
Aku mendekati pria yang sedang duduk santai di bawah pohon yang berserakan guguran bunga di tanah sekitar, yang ajaibnya tidak ada satu pun yang terinjak oleh kakinya.
"Takusah ragu, duduk saja di sebelahku. Kita berbincang."
Sejenak suasana hening diselimuti dingin.
"Baru ya?"
Aku mengangguk. Pikiranku melayang, memutar ulang sesal.
"Sudahlah, tiada mungkin kejadian akan kembali."
Aku menoleh ke padanya. Rupa-rupanya lelaki doyan ngobrol itu juga pembaca pikiran.
Pria itu tersenyum samar, "dulu aku dikenal sakti. Banyak orang menjuluki sebagai Pria Bernyawa Tujuh."