Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Seorang Pria Bernyawa Tujuh

17 Januari 2021   10:08 Diperbarui: 17 Januari 2021   10:27 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Reaksi pertama ketika berada di ruang kosong, tenang, dan lengang adalah rasa bimbang. Cenderung kalut.

"Kemarilah! Jangan gugup, ki sanak."

Aku mendekati pria yang sedang duduk santai di bawah pohon yang berserakan guguran bunga di tanah sekitar, yang ajaibnya tidak ada satu pun yang terinjak oleh kakinya.

"Takusah ragu, duduk saja di sebelahku. Kita berbincang."

Sejenak suasana hening diselimuti dingin.

"Baru ya?"

Aku mengangguk. Pikiranku melayang, memutar ulang sesal.

"Sudahlah, tiada mungkin kejadian akan kembali."

Aku menoleh ke padanya. Rupa-rupanya lelaki doyan ngobrol itu juga pembaca pikiran.

Pria itu tersenyum samar, "dulu aku dikenal sakti. Banyak orang menjuluki sebagai Pria Bernyawa Tujuh."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun