Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Journalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Peselingkuh Itu Meradang Dituduh Berselingkuh oleh Selingkuhannya

7 Desember 2020   06:16 Diperbarui: 7 Desember 2020   06:22 1699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh mentatdgt dari Pexels

Bahkan gigil Desember pun akan dihangatkan oleh senyumnya yang menggoda.

Hampir setiap pria yang memandangnya dapat dipastikan akan jatuh cinta. Senyum manisnya meruntuhkan hati pria yang melihatnya.

Namun posisinya yang selalu berhubungan dengan banyak tamu laki-laki membuatku cemburu.

***

Vinny, begitulah namanya kerap dipanggil, adalah bartender wanita sebuah kafe yang terletak di Jalan Wijaya, tempat hangout yang selalu ramai dikunjungi eksekutif muda.

Di situlah aku mengenal Vinny, gadis ramah rambut digelung ke atas memperlihatkan lehernya yang jenjang. Pastinya, keramahan itu bagian dari prosedur standar operasional kafe. Aku merasa, senyum manisnya yang meruntuhkan itu sering dialamatkan kepadaku.

Tapi memang benar, senyumnya yang menggoda lebih banyak ditujukan kepadaku. Dari itulah aku berkenalan dan kemudian berani memegang tangannya yang lembut.

Bisa ditebak, hari-hari selanjutnya aku kerap mendatangi kafe itu ketika Vinny bertugas. Tidak pada setiap kesempatan, demi menghindari kecurigaan. Keakraban dengannya membuatku menunggu Vinny selesai bertugas, kemudian mengantarkannya pulang.

Hanya sampai mulut gang di tepian jalan Duren Tiga yang terpisahkan oleh ciuman menggelora.

Tetapi ada satu hal yang memicu rasa penasaranku mengenai Vinny. Ketika melucuti seluruh pakaiannya pada temaramnya lampu kamar hotel, terlihat guratan-guratan putih di sekitar perutnya. Aku mengenali pertanda itu.

Untuk menepis keraguan, membayar jasa detektif partikelir adalah solusi jitu.

"Kamu tahu Duren Tiga?"

Lelaki berjaket kulit hitam itu menegaskan dengan anggukan.

"Nah, tepat di sebelah sebuah warung sate terkenal ada gang. Carilah informasi di sekitar tentangnya. Segala perihal!"

Satu minggu kemudian lelaki berjaket kulit hitam itu melaporkan hasil penyelidikannya.

"Wanita itu berputra satu, kira-kira berusia sekolah TK. Juga masih bersuami. Ini hasil jepretan fotonya."

Dahiku berkerut melihat foto-foto, "jadi tidak salah dugaanku."

"Oh ya, satu lagi bos. Ada seorang pria ganteng tinggi besar yang sering mengantarnya pulang. Sepertinya, kejadiannya setiap bos tidak bersama wanita itu."

Aku mengamati foto lain yang disodorkan lelaki berjaket kulit hitam itu.

"Kurang ajar, rupanya si Besar juga mengambil kesempatan dalam kesempitan."

Besar memang nama pria ganteng berbadan tinggi besar yang dalam foto itu sedang memagut bibir mungil Vinny. Ia adalah eksekutif muda pelanggan tetap kafe tempat Vinny bekerja.

Peselingkuh itu ternyata telah berselingkuh dengan pria lain.

"Kamu pacaran dengan Besar ya? Aku punya buktinya."

"Kamu menuduh aku? Kalau iya, memang kenapa?" Wanita berleher jenjang itu meradang.

"Bisa saja aku mengirimkan foto-foto ini ke alamat rumahmu. Dengar! Aku sudah banyak berkorban untuk kesenanganmu. Bahkan berdalih kerja lembur kepada istriku agar bisa berdua denganmu."

Wanita bertubuh sintal itu bangkit dari tempat tidur, mengumpulkan baju yang berserakan di lantai kemudian mengenakannya.

"Lagipula ia pelanggan tetap kafe. Sebaiknya aku pulang dulu deh," ketus peselingkuh itu.

"Eh..bentar..," aku melompat ke toilet untuk membuang air kecil ketika kudengar pintu kamar dibanting. 

Vinny sudah pergi.

***

"Kamu sanggup?"

"Asalkan bayarannya cocok, bos," lelaki berjaket kulit hitam itu menjawab dingin.

"Baiklah, kamu tahu yang harus dilakukan."

"Siap! Saya laksanakan tugas sebaik-baiknya. Kepuasan pelanggan adalah semboyan yang selalu saya pegang teguh."

Dua minggu kemudian lelaki berjaket kulit hitam itu datang lagi menemui aku yang sedang sendiri.

"Lho? Bukankah tugasmu sudah selesai."

"Tepat sekali bos. Lelaki besar itu sudah saya habisi dalam senyap. Jangan kuatir tidak akan ada yang tahu."

"Tapi....kamu sekarang mau apa....?"

"Saya ingin melaksanakan tugas sebaik-baiknya. Kepuasan pelanggan adalah semboyan yang selalu saya pegang teguh."

***

Lelaki berjaket kulit hitam meniup asap mesiu pada ujung peredam, melepasnya dari Kalashnikov kesayangan dan memasukkan dua benda itu ke dalam jaketnya sambil bergumam, "peselingkuh itu benar-benar meradang ketika dituduh berselingkuh oleh selingkuhannya."

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun