Selanjutnya produksi kedelai lokal menurun seiring dengan naiknya grafik impor.
Pada tahun 2012 atau 2014, kalau tidak salah, pemerintah sempat mencanangkan swasembada kedelai dengan format yang kurang lebih serupa (lahan seluas 500 ha, intensifikasi, mempermudah akses kepada kredit dan seterusnya). Tetapi program tersebut gagal.
Selain soal menyusutnya lahan dan rendahnya produktivitas, harga kedelai lokal tidak mampu bersaing dengan produk impor. Apalagi kemudian tata niaga kedelai dikuasai importir swasta sejak ditandatanganinya Letter of Intent (LoI) IMF tahun 1998 dan kebijakan pemerintah AS pada tahun 2000 yang memberikan insentif bagi importir yang bersedia membeli kedelai dari AS.
Tidak mengherankan, bila AS menempati posisi teratas sebagai negara asal impor kedelai Indonesia. Pun harga kedelai di pasar internasional lebih murah. Kenyataan tersebut meruntuhkan semangat petani untuk menanam kedelai.
"Ya petani kita kan rasional. Daripada menanam kedelai ya lebih baik menanam beras dan jagung. Kecuali ada intervensi khusus dari pemerintah," ujar Made Astawan, Guru Besar Bidang Pangan, Gizi, dan Kesehatan IPB, sekaligus Ketua Forum Tempe Indonesia.
Kesimpulan
Rencana di atas kertas selalu bagus yang membuat keyakinan swasembada kedelai pada tahun depan mengemuka. Jalan yang ditempuh pun nyaris sama dengan sebelumnya: perluasan lahan, peningkatan produktivitas, bantuan alat, mendorong petani kedelai mencapai akses pembiayaan, program aksi korporasi.
Namun dalam praktiknya, sudah hampir dua dekade swasembada kedelai tidak pernah tercapai. Petani tetap tidak bersemangat membudidayakan kedelai.Â
Ketahanan pangan terancam keberadaannya.
Patut diperkirakan, rencana swasembada kedelai pada tahun depan dan berikutnya hanya akan menjadi program pidato pejabat. Dipastikan, kelak kegagalan program tersebut akan dibungkus dengan dalih-dalih melenakan.
Lebih elok jika para stakeholder membenahi tataniaga yang selama ini dikuasai importir swasta. Diperlukan kebijakan dari pemerintah untuk membenahi atau mengendalikan impor kedelai.