Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Journalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Vinny, Gadis nan Sedap Dipandang

29 Agustus 2020   20:33 Diperbarui: 29 Agustus 2020   20:26 606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Free-Photos dari pixabay.com

Belum lagi memikirkan Yuli, waitress yang selalu mengenakan rok terlalu pendek, yang secara demonstratif duduk di bar stool yang tinggi ketika aku lewat.

Ditambah rekannya, Sinta yang dipastikan bersedia dibawa ke mana saja, asalkan dibelikan beberapa butir pil ekstasi. Atau Aniek, bartender wanita dengan senyuman mampu meruntuhkan pertahanan.

Pokoknya masih banyak pegawai-pegawai membutuhkan perhatian ekstra, yang salah-salah akan dapat menjerumuskanku kepada kesulitan-kesulitan dalam mengambil keputusan.

Atau apakah itu bisa juga disebut sebagai bagian dari keindahan pekerjaan, di tempat yang sebagian besar pegawainya adalah wanita muda?

Seperti biasa, pada sore hari itu mereka berganti kostum di loker, yang dipisahkan oleh papan kayu antar ruang pria dan wanita. Suara percakapan-percakapan terdengar melalui setumpukan kertas di ruang kerjaku. Aku tersenyum mencatat keakraban itu.

Tetapi tiba-tiba terdengar teriakan-teriakan histeris diikuti suara gaduh. Aku yang merasakan sesuatu hal tidak beres segera melompat menuju ruang loker.

Aku menyaksikan Vinny, gadis muda bertubuh mungil, ramping, berwajah manis, meronta-ronta dipegang oleh empat orang pria rekan kerjanya. Kemudian dua orang lagi dengan sekuat tenaga memegang kedua kakinya.

Merintih dan meronta sedemikian kencang sehingga seragam putih yang baru dipakainya sedikit terkoyak pada bagian kancingnya. Tetapi tidak satupun yang memperhatikannya.

Mata Vinny membesar, melotot. Kekuatannya meningkat berlipat-lipat, meronta sekuat tenaga. Wajahnya tegang seperti menahan sesuatu.

Ujaran-ujaran berdengung di sekitarnya. Semua orang membacakan doa-doa. Sebahagian mengucapkan doa tanpa suara, hanya bibirnya yang berkecamuk.

Pokoknya semua orang dengan segala cara berusaha mengendalikannya dan berdoa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun