Rambut gelombangnya berkibar ditiup angin jalanan. Parasnya memukau dengan bibir mungil dan kelopak mata yang tertutup saat tertawa senang.
Ketika sedang rehat, gadis itu bersama teman wanitanya duduk di bangku, sambil menunggu pertunjukan pada sesi berikutnya. Mereka sedang menikmati es mambo.Â
Amboi...! Betapa memesona ketika bibir mungil kemerahan menjilati benda dingin itu.
Benak Niko berkeliaran, "betapa beruntungnya sang es mambo. Apapun yang terjadi aku harus berkenalan dengan gadis itu. Meskipun mesti berenang untuk meraihnya bahkan tenggelam untuk mendapatkannya".
Niko yang telah berpengalaman menaklukkan wanita mengambil kesempatan pertama, "ehmmm...berdua saja? Boleh duduk?"
"Silahkan. Kosong kok! Eh..maaf ya mas tentang tadi," gadis itu tersipu malu mempersilahkan.
Niko segera duduk sambil mengangsurkan tangannya, "namaku Niko, kalau boleh tahu siapa nama kalian?"
Sepuluh menit kemudian yang diingat Niko hanya nama gadis manis itu, Vinny. Sedangkan ingatan tentang nama wanita satunya sudah terbang terbawa angin. Mereka bertiga berbincang hangat. Keakraban mulai terjalin.
Bertiga mereka menghayati pertunjukan seni musik kontemporer sesi kedua. Berlanjut dengan obrolan hangat di warung tenda sambil menyantap burung dara goreng dan wedang uwuh)*.
Malam itu Niko pulang dengan riang setelah mengantar Vinny dan temannya ke rumah masing-masing. Bulan purnama yang melamun di antara bintang-bintang malam, tak biasanya, nampak sangat indah.
Malioboro pada waktu malam adalah tentang bunga-bunga bermekaran dalam hati.