Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Malioboro pada Waktu Malam

23 Juli 2020   21:32 Diperbarui: 23 Juli 2020   21:38 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Street art di Malioboro (dokpri)

Bangunan yang telah dibentuk dengan pergulatan bersama itu, kini telah roboh. Luluh-lantak berkeping-keping melabuhkan serpih-serpih luka beterbangan di sekitar kepala yang berputar-putar kehilangan akal.

Betapa tidak?

Itu semua bermula dari sebuah ihwal remahan rapuh yang senantiasa haus kemanjaan. Sebuah perkenalan yang menjadi titik tolak keruntuhan.

Niko mengenalnya di sebuah keramaian pada sebuah jalan bersejarah di kota budaya itu.

Jalan yang membentang dari utara ke selatan, dari Pal Putih melintasi keraton dan berakhir di panggung Krapyak. Bila ditarik lurus akan membentuk sebuah garis imajiner yang menghubungkan Gunung Merapi dengan Pantai Laut Selatan.

Ia terperangkap dalam kemeriahan memesona di sepanjang jalannya. Di ujung trotoar lebar berjajar warung-warung tenda yang menyajikan masakan angkringan dan olahan lezat lainnya.

Sesudahnya, terdapat berkelompok-kelompok orang yang mempertunjukkan seni tari kontemporer dan musik membahana indah.

Malioboro pada waktu malam adalah tentang menggauli makanan enak dan bergumul dengan kemeriahan penuh perayaan.

Niko sedang menonton aksi sekelompok penampil musik kulintang ketika sebuah tangan halus memegangnya. Seorang gadis manis meraih tangan Niko sembari melompat bersorak-sorai kegirangan.

Sejenak gadis itu tersipu ketika menyadari kekeliruannya, mengira tangan kekar itu milik temannya. Segera dilepasnya tangan berbulu itu dan perhatiannya kembali terpusat kepada pertunjukan musik.

Pandangan Niko terbelah, matanya terpikat kepada sosok gadis elok itu. Betapa indah dipandang di bawah cahaya lampu trotoar yang benderang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun