Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Journalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Kontroversi RUU HIP, Potret Lemahnya Komunikasi Politik

24 Juni 2020   18:00 Diperbarui: 25 Juni 2020   07:44 955
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konklusi

Polemik di sekitar pembahasan RUU HIP terjadi akibat kurangnya sosialisasi politik, artikulasi dan agregasi kepentingan publik (misalnya, apa yang lebih penting/urgent dibanding RUU HIP) sebelum merumuskannya, apalagi menimbang kegentingan menghadapi pandemi.

Jadi dengan kata lain, kegaduhan pembahasan RUU HIP merupakan potret lemahnya komunikasi politik yang dilakukan anggota DPR pengusul RUU HIP kepada publik.

Jangan sampai, partisipasi politik masyarakat pendukung diartikan sebagai lebih "mendudukkan" wakil-wakil rakyat ketimbang "partisipasi aktif" dan "langsung" dalam proses perancangan Undang-undang. Dalam masa mendatang ada baiknya fungsi dan wewenang DPR secara kelembagaan dan teoritis dapat dilaksanakan agar produk yang dihasilkan tidak menimbulkan kontroversi atau kegaduhan di masyarakat.

Ulasan di atas semata-mata dikonstruksi berdasarkan pendekatan institusional dan penerapan komunikasi politik, dengan mengabaikan faktor-faktor lain yang melatarbelakangi lahirnya RUU HIP.

Sumber bacaan:
- kompas.com (1,2,3);
- bbc.com;
- Muhtar Haboddin & Muh Arjul "PENGANTAR ILMU POLITIK" Universitas Brawijaya Press (UB Press) 2016

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun