Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Pekerti Melawan Pandemi

7 Mei 2020   05:41 Diperbarui: 7 Mei 2020   18:38 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh kshitizmetallica dari pixabay.com

Bertepatan dengan 14 Ramadan 1441 H atau tanggal 7 Mei 2020 umat Buddha merayakan hari Waisak.

Hari Waisak memperingati tiga hal, yakni: Kelahiran Sidharta Gautama; Pencapaian pencerahan paripurna oleh Gautama; Dan mangkatnya sang Buddha Gautama.

Dalam rangka peringatan itu, umat Buddha memegang teguh peraturan moral, seperti tidak membunuh makhluk hidup, mencuri, berbuat asusila, berbohong dan bermabuk-mabukan. 

Juga mengembangkan cinta kasih dengan cara membantu fakir miskin atau mereka yang membutuhkan, merenungkan perbuatan masa lalu agar tidak mengulangi perbuatan buruk di masa mendatang (sumber).

Dari pemahaman di atas, makna peringatan Hari Raya Waisak adalah memperkuat obligasi moral yang bersifat universal agar menjaga diri untuk tidak semata-mata menuruti hawa nafsu, berkontemplasi dan bergiat dalam bersedekah.

Sedangkan bulan suci Ramadan adalah bulan istimewa bagi umat muslim, di mana di dalamnya terdapat kesempatan-kesempatan untuk melakukan amalan baik, ibadah dan berdoa. Maka saya memahami secara awam semangat bulan suci Ramadan sebagai berikut,

Pada bulan itu kita melatih jujur pada diri sendiri dengan tidak makan-minum, menahan syahwat dan nafsu (amarah, dengki, emosi) sejak dari fajar sampai tenggelamnya matahari.

Puasa itu tidak kelihatan oleh orang lain, kecuali diri sendiri dan Allah. Melatih kejujuran akan sangat bermanfaat dalam bulan-bulan lainnya.

Dalam bulan Ramadan kita lebih banyak waktu untuk berkontemplasi dan berkomunikasi secara vertikal, melalui shalat tarawih, bacaan ayat suci serta masih banyak amalan ibadah lainnya. 

Juga diajarkan, bahwa selama bulan Ramadan agar memperbanyak sedekah, misalnya dengan memberi makan orang berbuka puasa, berzakat dan sebagainya.

Menurut hemat saya, selain mengendalikan diri dan berdoa, makna penting ibadah puasa adalah melatih kejujuran, kontemplasi diri dan bersedekah.

Dimahfumi secara umum, pada saat ini dunia, dan kemudian negara kita tercinta, sedang mengalami pandemi akibat covid-19 yang meluluh-lantakkan hampir semua sendi-sendi kehidupan. 

Dalam masa itupun beredar berbagai kisah tentang penderitaan, penanganan virus Corona dan upaya-upaya berbagai kelompok mengumpulkan donasi untuk para tenaga medis, membantu perekonomian kalangan tak mampu yang terdampak, menyediakan makanan gratis dan  banyak hal lainnya.

Diharapkan kontemplasi diri dan sifat kejujuran atau ketulusan mematuhi himbauan dan kesehatan diri lebih baik agar daya tahan tubuh lebih prima dapat meredam penyebaran pandemi. Kegiatan transendental, atau berdoa sungguh-sungguh agar bencana kesehatan segera berakhir. 

Berlaku tolong-menolong kepada tenaga medis dan mereka yang terdampak pandemi dengan bersedekah. Pekerti itulah yang akan menguatkan kita, tanpa memandang agama dan latar belakang, untuk menghadapi bencana kesehatan.

Pekerti yang diperoleh dari hasil perenungan dan berdoa sungguh-sungguh serta jiwa tolong menolong antar sesama insan itu menjadi semangat untuk bersama melawan pandemi Covid-19.

Dengan gambaran singkat di atas, maka makna perayaan Hari Raya Waisak sejalan, selaras dan seirama dengan semangat yang diajarkan dalam bulan suci Ramadan.

Selamat Hari Raya Waisak 2564 BE/2020, bagi yang merayakannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun