Bertepatan dengan 14 Ramadan 1441 H atau tanggal 7 Mei 2020 umat Buddha merayakan hari Waisak.
Hari Waisak memperingati tiga hal, yakni: Kelahiran Sidharta Gautama; Pencapaian pencerahan paripurna oleh Gautama; Dan mangkatnya sang Buddha Gautama.
Dalam rangka peringatan itu, umat Buddha memegang teguh peraturan moral, seperti tidak membunuh makhluk hidup, mencuri, berbuat asusila, berbohong dan bermabuk-mabukan.Â
Juga mengembangkan cinta kasih dengan cara membantu fakir miskin atau mereka yang membutuhkan, merenungkan perbuatan masa lalu agar tidak mengulangi perbuatan buruk di masa mendatang (sumber).
Dari pemahaman di atas, makna peringatan Hari Raya Waisak adalah memperkuat obligasi moral yang bersifat universal agar menjaga diri untuk tidak semata-mata menuruti hawa nafsu, berkontemplasi dan bergiat dalam bersedekah.
Sedangkan bulan suci Ramadan adalah bulan istimewa bagi umat muslim, di mana di dalamnya terdapat kesempatan-kesempatan untuk melakukan amalan baik, ibadah dan berdoa. Maka saya memahami secara awam semangat bulan suci Ramadan sebagai berikut,
Pada bulan itu kita melatih jujur pada diri sendiri dengan tidak makan-minum, menahan syahwat dan nafsu (amarah, dengki, emosi) sejak dari fajar sampai tenggelamnya matahari.
Puasa itu tidak kelihatan oleh orang lain, kecuali diri sendiri dan Allah. Melatih kejujuran akan sangat bermanfaat dalam bulan-bulan lainnya.
Dalam bulan Ramadan kita lebih banyak waktu untuk berkontemplasi dan berkomunikasi secara vertikal, melalui shalat tarawih, bacaan ayat suci serta masih banyak amalan ibadah lainnya.Â
Juga diajarkan, bahwa selama bulan Ramadan agar memperbanyak sedekah, misalnya dengan memberi makan orang berbuka puasa, berzakat dan sebagainya.
Menurut hemat saya, selain mengendalikan diri dan berdoa, makna penting ibadah puasa adalah melatih kejujuran, kontemplasi diri dan bersedekah.