"It's yours. Take it!" kata Michael.
"Ambil saja. Tukar ke Money Changer)4, bahkan Bank, agar dicek keasliannya", kata Uki.
Terbit sebuah harapan mengatasi kecemasan berusaha yang terancam karam.
"Asli! Memang asli, aku telah mengonversinya..!", kata Rudolfo riang, setelah menukarkan uang pemberian Michael di Money Changer, lantas mendesakku agar mengumpulkan uang diperlukan.
"Kamu khan bisa pinjam dari beberapa temanmu yang pengusaha, sebentar saja akan terkumpul USD 5.000. Dikenakan bunga juga tak mengapa".
Aku berpikir keras menanggapi desakan Rudolfo, sambil membayangkan penderitaan BPN dalam tahanan. Bagaimanapun, Ia teman yang telah banyak jasanya dalam usaha Kafe Brambang.
"Baiklah, Aku akan mengonfirmasi kesanggupan kepada Michael besok pagi". Jawabanku membuka senyum Rudolfo, sembari menepuk-nepuk bahuku.
Pintu kamar 302 Hotel Mangga kuketuk lima kali, sebagai kode kedatanganku. Dua orang itu pasti sudah menunggu.
Michael membuka pintu kamar, gigi putihnya menyeruak, lalu membentangkan tangannya mempersilakan masuk.
Segera setelahnya, secepat kilat, enam orang berambut cepak berbadan tegap merangsek masuk mendahuluiku.
Pasukan polisi tindak pidana ekonomi khusus itu sigap menyergap Michael dan Uki.