Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Dollar Hitam, Mengatasi Kecemasan Usaha

3 Februari 2020   19:41 Diperbarui: 3 Februari 2020   19:57 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Gambar oleh pixabay.com

"All the money is in here!", Michael meyakinkan Rudolfo dan Aku, sambil menepuk-nepuk koper berwarna perak yang dibawanya.

Uki menambahkan, "Kalau mau melihat uang itu, datanglah ke Hotel Mangga kamar 302".

Keesokan hari, di kamar 302,  Michael membuka koper perak itu, isinya: tumpukan potongan kertas putih polos seukuran uang, botol kecil, dan pipet.

Uki menyerahkan selembar pecahan 100 US Dollar kepada Michael, yang kemudian menyisipkan uang tersebut diantara lembaran kertas putih. Sebelumnya, uang itu diolesi cairan dari botol dengan pipet. Uang Dollar dan kertas putih itu dijepit di dalam sebuah buku.

Seluruh proses itu gamblang terlihat di depan mata kami bertiga --Uki, Rudolfo, Aku-- tanpa penghalang apapun.

Michael menjelaskan, bahwa kertas-kertas putih itu adalah uang Dollar asli yang disamarkan, biasa digunakan oleh agen intelijen untuk memudahkannya memasuki suatu negara.

"Dollar Hitam" kode rahasianya.

Kertas putih itu bisa berwarna kembali, bernomor-seri, menjadi uang Dollar asli, dengan katalisasi cairan khusus buatan CIA.

Ia menerangkan, perlu sebuah tempat terpencil dan sejumlah uang, minimal USD 5.000 untuk "memancing" agar kertas putih itu cepat menjadi uang Dollar asli.

Lima belas menit, Michael membuka buku. Diambilnya kertas-kertas itu, menyibaknya, lalu mengambil dua lembar  USD 100.

Satu lembar dikembalikan kepada Uki. Satu lembar lagi diberikan kepadaku, yang tercengang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun