Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Dollar Hitam, Mengatasi Kecemasan Usaha

3 Februari 2020   19:41 Diperbarui: 3 Februari 2020   19:57 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Gambar oleh pixabay.com

Kesempatan tidak datang dua kali, selubang semut pun dikejar sampai ke kutub, kata motivator bermulut tidak pernah mengatup sepanjang ceramah pembuat kantuk.

Aku ingat kata-kata itu, kendati penjelasannya tidak melekat di benak.

Kini peluang emas ada di depan mata, kesempatan sekali seumur hidup, dan --paling penting-- menutup kecemasan.

Bagaimana tidak cemas? Salah satu kongsi usaha Kafe Brambang, terperangkap Operasi Tangkap Tangan, didakwa sebagai penyuap dalam kasus korupsi proyek revitalisasi Taman Utama.

BPN (inisial, masih dalam penyidikan aparat), Rudolfo, dan Aku bersepakat membentuk usaha, dimana Ia merupakan pemegang saham mayoritas, karena uangnya tak terbatas. Rudolfo seorang ahli masak-memasak, dan Aku pengelola keuangan sekaligus operasional

"Anda punya uang, tapi tidak punya waktu. Kami punya waktu, tapi tidak punya uang", begitu pokok pembicaraan kami lima tahun lalu.

Empat tahun pertama, Kafe Brambang disesaki pengunjung.

Kafe Brambang merupa muara pelampiasan jenuh bagi orang-orang yang seharian diperkuda pekerjaannya. Bagi yang lain, tempat itu menjadi gaya hidup kekinian.

Di dalamnya, tersedia makanan barat, Italian, Oriental, dan tentu saja, Indonesia. Mocktails)1 dan cocktails)2 berbahan impor merupakan daya tarik.

Musik hidup dan musik berlatar EDM)3, menjadi katarsis pelepas tekanan. Berjoget liar, berteriak histeris, menaiki meja, dalam keriuhan malam yang tak pernah abadi.

Usaha serupa merebak, bak jamur pada musim penghujan. Tapi tidak dengan pertumbuhan pengunjung. Para penikmat hiburan malam menyebar ke kafe-kafe baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun