Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bagaimana Pasangan Suami Istri Mendiskusikan Persoalan Rumah Tangga Melalui BBM?

15 Februari 2016   01:32 Diperbarui: 15 Februari 2016   01:54 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maaf aku baru buka BBM. Lagi bebenah warung dan juga ada beberapa pembeli.

Permasalahan kemarin pagi aku belum bisa jawab. Cukup sulit via BBM, aku mesti berhati-hati menulis agar tidak timbul kesalahpahaman atau kesalahartian. Aku paham penjelasan via telpon, BBM dan media udara lain untuk hal penting bisa menghasilkan mis-komunikasi.

Bentar aku makan dulu.

Sun 4:52 PM

Aku yang salah. Sayang gak perlu minta maaf. Aku secara bertahap belajar mengerti karakter Sayang. Tenang aja, aku bertahun-tahun belajar mengendalikan emosi, rasa mudah tersinggung, rasa dikecilkan, walau sekarang masih muncul secara tak sadar. Aku memang sudah lama tidak melatih diri untuk itu. Sudah lama aku lalai belajar tentang “roso”. Sangat sulit, tapi bisa.

Sun 4:59 PM

Aku mengerti Sayang tidak bekerja dan ingin punya uang. Oleh karenanya aku jauh-jauh hari mempersiapkan sesuatu yang kiranya bisa untuk kegiatan produktif yang positif, mandiri, tidak menghina/mengecilkan bisnis/pekerjaan orang lain, tidak meyulitkan orang lain, tidak membuat tasa tak nyaman pada orang lain, punya potensi untuk berkembang, bisa melayani orang lain (siapapun itu) dengan wajah ramah penuh kasih Sayang dan kelembutan, dan akhirnya menghasilkan berkah bagi keluarga dan lingkungan sekitar. Aku sangat sadar, setiap usaha punya resiko, perlu ketekunan, membutuhkan kesabaran, minta kepasrahan, dilakukan dengan ikhlas dalam mencapai target yang sangat sulit. Aku percaya, bahwa usaha tanpa resiko dan perjuangan yang menjanjikan hasil besar adalah non-sense.

Sun 4:05

Maka dengan mempertimbangkan segala resiko, dan pelan-pelan (walau gak memaksa, karena aku gak suka memaksakan kehendak kepada siapapun) kepada Sayang (juga Embah) untuk jualan/dagang. Diam-diam aku sering nongkrong malam-malam di depan puri, merenungkan darimana modal untuk memulai usaha. Oh ya, aku sudah lama tidak memerlukan “penampilan wah” dalam kegiatan usaha. Alhamdulillah, partner usaha dan temen-temen selama ini memandang aku bukan dari apa yang dikendari dan apa yang aku kenakan (yang penting pantas dan sopan). Alhamdulillah berangkat meeting pake motor dengan pebisnis bermobil mewah aku diterima. Eh....kok jadi ngelantur!  

Lanjut. Dalam perenungan aku bukan memikirkan uang, namun siapa sekiranya yang bisa diyakinkan untuk berinvestasi dalam usaha yang baru akan dilaksanakan. Klo untuk perusahaanku di Bogor sih gampang, asal ada kontrak, ada saja yang minjemin. Selama ini, alhamdulillah, aku bisa memenuhi keinginan para investor.

Naah, perenungan yang diikuti niat tulus untuk usaha nyata yang berpotensi menghasilkan manfaat, baik bagi investor maupun pelaksana usaha, menjadi suatu do’a yang khusuk. Saat beberapa kali ke Bogor, ada yang menawarkan modal. Aku minta 130 juta, tanpa embel-embel. Semata-mata karena trust each other, bahkan kartu ATM-nya pun diserahkan ke aku lengkap dengan PIN.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun