Mohon tunggu...
Budi idris
Budi idris Mohon Tunggu... Guru - Guru, Penulis Buku, Blogger inspiratif

Dengan tulisan mari berkarya dan berprestasi

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Cerdas Berliterasi Politik Jawaban Persoalan Demokrasi Bangsa

8 Agustus 2022   00:45 Diperbarui: 8 Agustus 2022   01:03 1228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: qureta.com

Kemajuan sebuah negara akan terjadi jika iklim politik dan sistem politiknya berjalan dengan baik.

Bagaimana memunculkan sebuah sistem politik yang baik dan apa yang mendesak yang harus dibenahi dalam sistem perpolitikan di negeri ini.

Pertanyaan diatas menjadi pertanyaan yang sering muncul di benak kita, mengapa demikian, karena menuju 77 tahun sudah Indonesia merdeka namun masih banyak yang belum sesuai dengan cita-cita perjuangan para pendiri bangsa.

Rakyat aman tentram, sejahtera, cerdas dan bahagia menjadi harapan yang begitu sulit untuk didapatkan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Semua syarat menjadi negara makmur ada dimiliki bangsa ini, tapi mengapa masih sulit mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat secara merata.

Mungkin kecerdasan masyarakat dalam berliterasi Politik harus diperbaiki dan dibenahi untuk mendapatkan proses politik yang baik dimasa yang akan datang.

Memahami pentingnya proses politik dalam sebuah pemilihan umum, baik pemilu legislatif maupun pemilu pilpres dan pilkada, seharusnya di fahami setiap masyarakat.

Jadi karena ini penting maka keseriusan harus di tunjukkan bukan sekedar setiap musim pemilu muncul lelucon hanya sekedar pesta demokrasi senang-senang dalam beberapa hari menyesal 5 tahun tanpa kita sadari.

Mari kita mulai membudayakan. Berliterasi Politik bagi masyarakat agar hasil pemilu memunculkan figur berkualitas sosok pemimpin dan wakil rakyat di negeri ini. 

Cara berikut bisa dilakukan untuk menjadi sarana cerdas berliterasi Politik.

1. Stop Money Politik

Politik uang seperti sudah menjadi tradisi yang sulit untuk di hilangkan. Kalau memang itu menjadi alasan mari kita memberi pencerahan terhadap masyarakat bahayanya politik uang.

Jangan lagi ada politik uang atau jual beli suara dalam pemilihan, jika itu sulit minimal masyarakat harus cerdas dan membuat nilai suara jauh lebih tinggi.

Jika saat ini satu suara hanya dihargai Rp. 200.000 s/d Rp 500.000 maka di Tahun 2024 nantinya masyarakat minimal meminta minimal 1 juta rupiah atau lebih untuk 1 suara yang diberikan.

Kalau ini menjadi kesepakatan tidak tertulis diantara masyarakat maka para penggiat money politik akan berfikir untuk menggunakan uang dalam pemilihan.

Atau regulasi jika tidak ikut memilih akan didenda 1 juta rupiah bisa juga di coba sehingga masyarakat hadir memilih bukan karena iming-iming uang tapi menghindari denda yang muncul jika tidak memilih.

Kalau ini bisa terwujud maka dampaknya pertarungan kualitas melalui visi dan misi serta kepribadian yang baik akan menjadi pertarungan politik sehat.

Puncaknya setiap insan politik akan memunculkan para pemimpin cerdas dan layak untuk menjabat di jabatan terhormat dan tertinggi di negeri ini, lembaga eksekutif dan legislatif.

2. Pemilih, bukan Pendukung sejati!

Menjadi pemilih dalam pemilu menjadi kewajiban yang harus kita lakukan, dan memberikan pilihan kepada seseorang dalam pemilu juga menjadi hak pribadi kita yang dilindungi oleh undang-undang.

Jadilah pemilih di saat selesai memilih kita kembali menjadi rakyat biasa dan stop mendukung yang kita pilih baik dia menang maupun kalah.

Jangan menjadi pendukung sejati dan abadi, dimana kita terus mendukung pilihan kita dalam pemilu sampai kita tidak sadar apa yang dilakukan orang yang kita pilih dalam pemilu sudah berprilaku menyimpang.

Berliterasi politik memunculkan kecerdasan bagi kita, jika pemimpin kita salah memberikan kritik menjadi jalan yang harus kita lakukan.

Stop menjadi penjilat yang terus memuliakan orang yang kita dukung dalam pemilu. 

Setiap kebijakan akan selalu betul dan baik karena dibutakan oleh kecintaan kita terhadap figur pemimpin yang kita pilih dalam pemilu.

Kalau salah katakan salah kalau benar katakan banar, bukan terus mengatakan benar padahal sudah kelewatan salah jalan.

Dalam perjalanan memimpin keberhasilan mewujudkan visi dan misi menjadi ukuran dan hal tersebut menjadi harapan yang menjadi dasar rakyat memilih dan menentukan pilihan saat pemilu.

3. Lihat prestasi melalu data bukan perasaan

Melihat keberhasilan pemimpin yang dipilih dalam pemilu sebaiknya berdasarkan data dan fakta bukanlah berdasarkan perasaan.

Jika kita menilai berdasarkan perasaan maka dipastikan kita akan terus terhanyut dalam tipu daya para politisi, kenapa karena perasaan akan muncul dari pencitraan dan omongan yang terkadang lebih banyak kebohongan.

Kebiasaan pejabat kita selalu melakukan pencitraan dan berbohong untuk menutupi kesalahan, perasaan yang muncul di benak kita akan berdasarkan apa yang di lihat dan dikatakan maka ini sungguh tidak baik dijadikan patokan menilai prestasi seseorang.

Maka data dan fakta menjadi kunci menilai keberhasilan seseorang dalam memimpin, mari lihat data yang diberikan sudah sesuai tidak dengan visi dan misi yang di sampaikan saat kampanye pemilu.

Jika sudah sesuai mari lihat fakta di lapangan sesuai tidak apa yang disampaikan dan diberitakan, ini menjadi referensi untuk memberikan penilaian terhadap keberhasilan kinerja para politisi yang dihasilkan dalam pemilu.

4. Stop Fanatisme Buta

Saat ini begitu banyak masyarakat yang begitu melekat menjadi simpatisan partai politik tertentu secara turun temurun, bahkan terkadang fanatisme tersebut melebihi kecintaan terhadap agama yang dianut.

Mari saatnya untuk cerdas berliterasi politik, cinta boleh tapi logika juga harus ditanamkan dalam hati kita. Memilih partai tertentu sebagai sarana untuk menyampaikan aspirasi itu menjadi hak pribadi.

Namun jika sudah memberikan kepercayaan sepenuhnya hasil yang didapat tidak sesuai dengan yang kita harapkan mungkin berpikir ulang harus dilakukan dalam memilih partai tersebut.

Ingat partai berfungsi menampung aspirasi masyarakat dengan tujuan tercapainya kemakmuran rakyat, jika gagal dan kondisi kita tidak berubah dari saat pertama mendukung dan Sampai saat ini berarti kita berada dilingkungan yang salah untuk bernaung dalam panggung politik.

Mari cerdas jangan hanya sekedar jadi ujung tombak yang dialamatkan para politisi untuk mendapatkan jabatan, atas nama rakyat dan membeli suara dengan harga murah kita menjadi sengsara berkepanjangan.

Stop Fanatisme Buta kesejahteraan kita menjadi ukuran keberhasilan sebuah partai yang kita naungi, berani ambil sikap jangan terlambat karena waktu terus berjalan.

5. Saatnya yang Muda Ikut Berpolitik

Sering kita mendengar ungkapan jangan pernah terjun kepolitik karena itu dunia hitam dan penuh trik kotor untuk saling menjatuhkan.

Politik tidak mengenal kawan dan lawan yang ada kepentingan, jika sama kepentingan maka bisa sejalan jika berbeda maka saling berlawanan.

Mata rantai ini harus di putus oleh generasi baru dalam panggung politik, jangan cuma itu-itu saja dan tidak merubah apapun yang sudah ada.

Mari generasi muda yang cerdas, punya integritas terjun ke dunia politik jangan belajar jadi politisi tapi belajarlah bagaimana menjadi orang baik yang bisa mewakili aspirasi rakyat.

Jika belajar menjadi tokoh politik di negeri ini sangat sulit mencari figur terbaik yang bisa dijadikan role model bagaimana menjadi aktor politik, ada tapi tidak kelihatan karena tertutup oleh politisi yang pintar namun tidak benar.

Panggung politik tanah air harus dimerdekakan dari para penjajah demokrasi di negeri sendiri. Yang mengaku berjuang atas nama rakyat tapi terus banyak keputusan yang menyakiti hati rakyat.

***

Jadi mari berliterasi politik untuk mencerdaskan kita dalam memilih dalam pemilu 2024 nanti.

Berliterasi politik menjadi jawaban memperbaiki bangsa dari kondisi yang kurang saat ini.

Sudah saatnya dunia politik tanah air menjadi tempat dimana rakyat menyampaikan pendapat. Menjadi sarana mewujudkan negeri makmur dan sejahtera.

Berliterasi politik rakyat cerdas memilih negara makmur sejahtera di kemudian hari.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun