Mohon tunggu...
Budi M. Samangilailai
Budi M. Samangilailai Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa "APMD" Yogyakarta

saya Budi Samangilailai mahasiswa Ilmu komunikasi Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa"APMD" Yogyakarta, saya suka berinteraksi dengan orang baru dan lingkungan baru, saya suka membaca dan menulis . saat ini saya sedang menyelesaikan tugas akhir jenjang sarjana di Program Studi Ilmu Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Prabowo di 100 hari: Membangun Pondasi Kuat Menuju Indonesia Emas 2045

21 Januari 2025   16:50 Diperbarui: 21 Januari 2025   16:50 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Program Makan Bergizi Gratis dalam 100 Hari

Salah satu program yang diperkenalkan oleh pemerintahan Prabowo adalah Program Makan Bergizi Gratis. Program ini bertujuan untuk memberikan akses kepada masyarakat, khususnya kelompok masyarakat yang rentan seperti anak-anak, ibu hamil, lansia, dan keluarga miskin, untuk mendapatkan makanan bergizi secara gratis. Pemerintah sadar bahwa banyak daerah, terutama yang terisolasi atau kurang berkembang, masih menghadapi masalah kekurangan gizi, yang dapat mempengaruhi pertumbuhan fisik dan mental generasi muda.

Sejak diluncurkannya program makan bergizi gratis oleh Presiden Prabowo Subianto sebagai bagian dari upaya untuk mengatasi masalah gizi buruk dan stunting di Indonesia, program ini telah mendapat beragam respons dari masyarakat. Meskipun tujuannya untuk meningkatkan kualitas hidup, terutama bagi kelompok rentan seperti anak-anak, ibu hamil, dan lansia, terdapat berbagai pandangan yang muncul, baik yang mendukung maupun yang mengkritik kebijakan ini. Respons masyarakat terhadap program ini menunjukkan adanya harapan yang tinggi, namun juga tantangan besar yang harus dihadapi dalam pelaksanaannya.

Dalam implementasinya, program ini akan fokus pada penyediaan makanan sehat di tempat-tempat yang membutuhkan, seperti di sekolah-sekolah, pusat kesehatan masyarakat, dan daerah-daerah yang memiliki angka gizi buruk tinggi. Program makan bergizi gratis ini tidak hanya memberikan makanan, tetapi juga edukasi mengenai pentingnya konsumsi makanan sehat, serta bagaimana pola makan yang seimbang berkontribusi pada pertumbuhan dan kesehatan masyarakat.

Bagi sebagian besar masyarakat, terutama kelompok yang selama ini mengalami kesulitan dalam mengakses makanan bergizi, program ini merupakan sebuah harapan baru. Salah satu kelompok yang paling merasakan manfaatnya adalah keluarga miskin di daerah-daerah terpencil yang sulit menjangkau pasokan makanan bergizi. Banyak keluarga di daerah pedesaan yang mengungkapkan rasa syukur atas adanya program makan bergizi gratis. Sebelumnya, mereka menghadapi kesulitan untuk mendapatkan makanan bergizi karena terbatasnya akses ke pasar atau harga bahan makanan yang tidak terjangkau. Di beberapa daerah, terutama yang memiliki angka stunting tinggi, masyarakat mengapresiasi kebijakan ini karena dianggap bisa mengurangi masalah gizi buruk. Program ini dianggap sebagai langkah preventif yang baik untuk menjaga kesehatan ibu hamil dan anak-anak di bawah usia lima tahun, yang menjadi kelompok yang paling rentan terhadap masalah gizi.

Namun, di balik harapan yang besar, program ini juga memicu sejumlah kritik dan tantangan yang perlu mendapat perhatian serius. Beberapa masyarakat merasa bahwa implementasi program ini tidak berjalan sepenuhnya sesuai harapan mereka, terutama dalam hal kualitas makanan, distribusi, dan efektivitasnya. Sebagian masyarakat mengeluhkan kualitas makanan yang diberikan dalam program ini. Beberapa penerima bantuan menyatakan bahwa meskipun makanan yang diberikan telah memenuhi standar gizi dasar, namun sering kali tidak memenuhi variasi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan gizi seimbang. Misalnya, beberapa daerah melaporkan bahwa makanan yang diterima terbatas pada beberapa jenis karbohidrat dan kurang mengandung sayuran, protein hewani, atau vitamin yang penting untuk tumbuh kembang anak dan kesehatan ibu hamil.

Masalah distribusi makanan juga menjadi salah satu isu utama yang dikeluhkan masyarakat. Meskipun program ini dimaksudkan untuk menjangkau seluruh lapisan masyarakat yang membutuhkan, dalam praktiknya, distribusi makanan tidak selalu merata, terutama di daerah-daerah yang lebih sulit dijangkau. Di beberapa daerah, bantuan terlambat sampai atau bahkan tidak sampai sama sekali kepada yang membutuhkan, sementara di tempat lain makanan tiba dalam jumlah yang terbatas. Beberapa warga juga mengeluhkan adanya ketidakakuratan dalam penentuan penerima bantuan. Dalam beberapa kasus, keluarga yang tidak memerlukan bantuan malah mendapat jatah makan bergizi gratis, sementara keluarga yang benar-benar membutuhkan justru tidak terdaftar dalam program ini. Ketidaktepatan sasaran ini menyebabkan ketidakpuasan dan ketidakadilan di kalangan masyarakat.

100 hari pertama pemerintahan Prabowo merupakan langkah awal yang signifikan untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045. Kebijakan-kebijakan yang berfokus pada pemulihan ekonomi, pembangunan infrastruktur, pengembangan sumber daya manusia, pemerataan kesejahteraan, dan pemberantasan korupsi telah mengarah pada pencapaian visi besar Indonesia Emas. Namun, masih banyak tantangan yang harus dihadapi dalam perjalanan panjang ini.

Untuk benar-benar mewujudkan Indonesia Emas, pemerintahan Prabowo harus memastikan bahwa setiap kebijakan yang diambil dapat memberikan dampak jangka panjang dan memperkuat pondasi pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan. Indonesia harus mampu mengatasi ketimpangan ekonomi dan sosial, mengembangkan SDM yang unggul dan siap menghadapi tantangan global, serta memastikan pemerintahan yang bersih dan akuntabel. Dengan komitmen yang kuat, kerja keras, dan kebijakan yang tepat, Indonesia Emas 2045 bukanlah sekadar mimpi, tetapi bisa menjadi kenyataan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun