Mohon tunggu...
Budi Kasmanto
Budi Kasmanto Mohon Tunggu... Penulis - Pendeta - Penulis - Jurnalis

Sejak 1994 bekerja sebagai pendeta di Bali. Tahun 2020-2022 menjadi pendeta di Manokwari, Papua Barat. Sejak Oktober 2023 menjadi pendeta di Jayapura, Papua. Bukunya berjudul "Panggilan Berkhotbah" diterbitkan oleh Penerbit ANDI Yogya. Sejak 2012 menjadi jurnalis Majalah Suara Baptis.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kemerdekaan Politik Papua, Sebuah Mimpi?

30 September 2024   10:20 Diperbarui: 30 September 2024   10:20 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai seorang pemimpin Papua yang anti-Indonesia, dia meninggalkan Papua dan pergi ke Belanda setelah Papua diserahkan kepada Indonesia (1962). Dengan menegaskan sikap untuk tak kembali ke Papua yang menjadi wilayah Indonesia.

Tetapi pada 2009, Nicolaas pulang ke Papua dengan pengakuan bahwa yang diperjuangkan selama ini merupakan pilihan yang salah. (news.detik.com)

Apa yang akan terjadi jika Papua lepas dari NKRI?

Kemerdekaan Papua, jika terjadi, akan membawa Papua masuk ke dalam dimensi mimpi yang lain.

C.W. Huang, peminat isu Papua Barat, mengatakan bahwa kecil kemungkinan bagi orang Papua untuk mendapatkan manfaat dari kemerdekaan.

Orang Papua masih sangat terpecah belah. Papua masih menjadi tempat yang tribal dan dipenuhi dengan ratusan suku yang tidak memiliki hubungan satu sama lain. OPM saja tidak bersatu dimana berbagai faksi-faksi yang ada di OPM beroperasi sendiri. Ada risiko kalau Papua bisa menjadi daerah yang tidak stabil karena konflik antara faksi yang berbeda. (id.quora.com)

Stop mimpi Papua merdeka

Dra. Sipora Nelci Modouw, M.M, Ketua Badan Kerjasama Organisasi Wanita (BKOW) Provinsi Papua, berkata bahwa merdeka yang mereka mimpikan itu mungkin merdeka angan-angan saja. Dia mimpi sesuatu yang imposible.

Mama Sip, begitu ia biasa disapa, mengatakan, anak-anak muda yang aktif menyuarakan Papua merdeka telah dipengaruhi oleh informasi-informasi yang sengaja dipelintir oleh kelompok kepentingan tertentu, baik di luar negeri maupun di Papua sendiri.

Sementara dia terkungkung oleh kemiskinan, oleh keterbatasan dan segala macam. Saya melihat dengan kasat mata, banyak anak-anak saya ini yang hanya ikut ramai saja. Perlu langkah konkret dan pengorbanan besar agar mereka tidak melihat pemerintah sebagai musuh, ungkap Mama Sip.

Keinginan Mama Sip setidaknya sudah mulai dijalankan oleh Yohanis A. Musui. Tokoh pemuda dari Kabupaten Keerom mengaku telah melibatkan diri dalam berbagai organisasi kepemudaan (OKP) di wilayahnya, seperti organisasi pemuda adat dan Papua Muda Inspiratif. Melalui organisasi-organisasi ini, Yohanis bisa terus mengasah kemampuan untuk mengembangkan usaha kecil-kecilan (UMKM) dan mempromosikan potensi seni budaya Keerom untuk mendukung pengembangan pariwisata di wilayahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun