Mohon tunggu...
Sri UlangSari
Sri UlangSari Mohon Tunggu... Guru - emak satu anak

Saya emak satu anak, namanya Ashalina Naladipa Zulaikha. Halo semua...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Terimakasih Sudah Mencintaiku

14 November 2019   23:52 Diperbarui: 15 November 2019   18:48 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lagu itu terhenti tepat saat Danu tiba-tiba kejang dan ia hanya menatapku kosong. Aku panik dan sangat khawatir. Aku berteriak memanggil Ibu Danu, dengan cepat beliau datang tergopoh sembari menahan guncangan badan Danu. Tapi tak kunjung berhenti. Aku membantu Ibu Danu untuk segera membawanya ke mobil dan langsung ke rumah sakit. Ayah Danu belum pulang.
Di jalan menuju rumah sakit, tak bisa lagi kutahan tangisku. Tubuh Danu terus terusan kejang, aku baru pertama kali melihat hal seperti ini. Setiba di rumah sakit, Danu segera ditangani tim dokter. Aku menunggu dengan gelisah, Ayah Danu datang, tak lama setelah kedatangan Ibu. Aku memeluk Ibu, aku ketakutan, aku takut kehilangan Danu.
Sekitar satu jam, dokter datang dan mengabarkan kondisi Danu membaik. Saat itu aku berucap syukur kepada Tuhan karena masih memberi kesempatan sekali lagi bertemu Danu. Aku diperbolehkan masuk menemuinya, beberapa selang terpasang di tubuhnya. Aku menggenggam tangannya. Tiba-tiba genggamanku terasa hangat seperti ada tangan besar yang ikut menggenggamnya. Danu merespon genggamanku. Saat bersamaan, air mata Danu mengalir di sudut matanya. Lalu, tiba-tiba genggaman itu berubah dingin, sedingin air es. Mesin di samping Danu tiba-tiba bersuara nyaring dan tak lagi berdetak.
Aku bertambah panik dan lari keluar memanggil dokter, memanggil siapa saja yang bisa menolongnya. Semua orang panik, berlari ke kamar di mana Danu terbaring. Aku melihat bayangan Danu berpakaian putih. Tangan besar itu melambai, tersenyum dan menghilang. Akupun tak tahu apa-apa lagi, kecuali hanya gelap.
Selamat jalan tangan besar.

Jeneponto, 17 Oktober 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun