Kisah Si Anak Badai
Seperti berbicara, menulis itu usaha menuangkan pikiran dan perasaan.
Itu agar kekayaan rasa dan gagasan setelah membaca satu buku yang menginspirasi tidak menguap, lalu hilang begitu saja.
Layaknya setelah menonton pertandingan sepakbola atau sebuah film seru, akan ada banyak cerita setelahnya di antara para penonton, sebagai ungkapan rasa dan pikiran di saat menonton dan setelahnya.
Seperti itu pula yang terasa setelah membaca satu tulisan yang hebat.
Ada banyak ide yang perlu jalur komunikasi dan jalan penceritaan melalui ungkapan kata-kata.
Rasa yang sangat kaya seperti itu biasanya rasakan setelah membaca buku-buku novel karya Tere Liye, Andrea Hirata, atau Kang Abik. Nuansa imajinasi sangat mendominasi, seakan-akan saya masuk ke dalam alur cerita dan menyaksikan secara langsung.
Seperti pagi ini, setelah saya menuntaskan novel Tere Liye; Si Anak Badai. Petualangan keempat orang anak pesisir: Awang, Zaenal, Malim, dan Ode, memberikan banyak pelajaran yang berarti.
Saatnya saya berbagi rasa dan cerita yang mengesankan dengan teman-teman di kompasiana.
Langsung Menyaksikan