Saya sempat ketawa yang kemudian merenung, sehebat itukah khasiat daun bungkus, hingga ukurannya sebesar anak kucing. Karena obatnya cespleng, kata si pemuda tadi, salah oles bisa mengubah segalanya. Obat  sejenis daun merambat ini, akan gatal bila menempel kulit. Terlebih bila merembes ke bawah bagian kelelakiannya yg sensitf, akan bengkak, dan gatal. Garukan tak teratur inilah yang kemudian menyebabkan anunya mereka luka dan kemudian meradang dan sulit disembuhkan. Rupanya, alasan inilah yang kemudian pihak  kepolisian setempat melarangnya.
Daun Bungkus, tumbuh liar dan merambat di pohon- pohon di hutan Papua. Khasiat daun ini terdapat dalam getah yang menempel pada trikoma atau rambut daunnya. Sehingga pemakaiannya pun daun cukup ditumbuk halus tanpa air kemudian ditempelkan ke bagian tertentu yang diinginkan. Supaya tak terjatuh atau merembes ke wilayah lain dibuatkan bungkus dari daun yang sama. Prosesi inilah yang kemudian diabadikan menjadi nama obat herbal alami ini.
Tak perlu mencari ke hutan untuk mendapat daun warna hijau tua ini. Di beberapa kios terbuka, malah tersedia bebas dalam kemasan botol kecil dengan harga Rp.20- Rp.30.000/ pcs-nya. Konon, Â si pemakai, katanya, awalnya akan terasa gatal luar biasa, rasa gatal hilang berganti panas. Dua- tiga jam baru kemudian berganti ukuran, menjadi besar. Bila terasa masih kurang puas bisa dilakukan dua hingga tiga kali, tentunya dengan selang sehari setiap pemakaiannya.
Anda tertarik? Jangan dulu!!!, Kerja herbal ini sungguh luar biasa, salah- salah bisa menjadi masalah. Selain penampilan Anda  berubah, seperti  tengah  mengantongi anak kucing tadi, juga berdampak pada kesehatan kita. Pemakaian tak sesuai aturan dan salah membungkus, akibatnya seperti banyak para remaja Papua yang akhirnya gigit jari ditolak Polda Papua saat mau daftar menjadi anggota polisi.
Bila pihak kepolisian secara resmi sudah mengeluakan aturan seperti itu, bisa jadi pertanda kemujaraban daun bungkus melebihi kehebatan Mak Erot. Saya tunggu  Moamar Emka menuangkan tulisan ‘Ade Ape Dengan Daun Bungkus’. (Asep Burhanudin)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H