Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang menjadi tempat penampungan sampah dari wilayah Jakarta, sejak tahun 1989. Menurut Unit Pengelola Sampah Terpadu (UPST) Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, volume sampah di TPST Bantargebang mencapai rata-rata 7.000 sampai 8.000 ton per hari yang dilayani oleh 1.200 truk sampah.
Data menunjukkan 60% diantaranya merupakan sampah sisa makanan. Kondisi saat ini, sampah dari Jakarta dan Bekasi sudah mendekati batas maksimum dan beberapa tahun ke depan sampah tidak lagi dibuang di TPST Bantargebang.Â
Beberapa zona TPST yang belum dikelola dengan baik masih menggunakan sistem open dumping yang menyebabkan kerusakan lingkungan karena menghasilkan air lindi (leachate) dan gas metana.
Kondisi ini pula yang memengaruhi kegiatan siswa yang bersekolah di wilayah tempat pengolahan sampah terpadu menjadi terhambat. Para siswa terganggu oleh bau yang dihasilkan dari sampah yang datang setiap harinya.Â
Belum lagi jalanan yang basah karena air lindi (leachate) yang menghambat para murid untuk pergi ke sekolah.Â
Sisa sampah plastik yang jatuh ke lingkungan warga pun ikut memperparah kondisi lingkungan tempat tinggal para siswa. Sampah tersebut jatuh akibat bawaan truk yang melebihi kapasitas.
Madrasah Ibtidaiyah Kota Bekasi menjadi salah satu sekolah yang berada di kawasan TPST Bantargebang. Sekolah dasar yang menerapkan nilai-nilai agama islam dalam proses pembelajaran siswa.Â
Pada masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat seperti sekarang ini, siswa diminta melaksanakan proses pembelajaran secara daring (dalam jaringan).
Kebiasaan ini justru menambah hambatan bagi siswa untuk menuntut ilmu.Â
Mulai dari penggunaan alat komunikasi milik orang tua siswa, bertambahnya penggunaan kuota internet, dan tidak terjadi interaksi langsung antara siswa dan guru.
Persoalan yang menonjol dirasakan oleh guru maupun siswa, yaitu sulitnya mengoperasikan aplikasi daring. Hal tersebut yang menjadi alasan sekolah MIN Kota Bekasi yang hanya memanfaatkan aplikasi WhatsApp sebagai sarana belajar siswa.
Salah satu kegiatan rutin mingguan siswa, yaitu membaca surat pendek yang menjadi bagian dari kegiatan literasi baca tulis. Para siswa diminta memperbarui hafalan surat pendek setiap minggunya.Â
Kegiatan membaca cerita anak juga menjadi pendukung meningkatnya minat baca siswa pada model bacaan yang beragam. Pemahaman mengenai Pancasila pun turut diajarkan agar dapat diterapkan pada kegiatan sehari-hari siswa.
Dalam mendukung kegiatan literasi numerasi, digunakannya soal berbentuk cerita agar siswa dapat menambah konsentrasi dan daya imajinasi dalam proses pembelajaran.Â
Siswa lebih tertarik menggunakan cerita animasi atau video animasi sebagai penunjang kegiatan belajar. Pada proses pembelajaran, siswa diberikan buku bacaan daring yang dapat diakses melalui perangkat komunikasi milik orang tua siswa.
Salah satu laman pendukung bacaan siswa, yaitu "Let's Read Asia" sebagai fasilitas perpustakaan daring. Laman tersebut menyediakan beragam bahan bacaan siswa dengan tingkat bacaan sesuai dengan minat ketertarikan siswa.Â
Diberikannya sumber video pembelajaran sebagai upaya mendukung kegiatan pembelajaran siswa agar tidak bosan dalam melakukan pembelajaran daring.
Selanjutnya, ketertarikan siswa dapat terlihat ketika diberikan video pembelajaran sains yang mendukung proses pembelajaran. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan, yaitu memberikan pemahaman tentang cara menanam tanaman yang benar.
Siswa diberikan contoh teks wawancara mengenai cara merawat tanaman agar mengasah keberanian siswa dan rasa ingin tahu yang tinggi.
Kemudian, siswa diberikan video pembelajaran berupa alat peraga sains menggunakan bahan-bahan yang sederhana dengan bimbingan orang tua masing-masing. Seperti membuat "ilusi air" yang hanya menggunakan 2 bahan saja, yaitu botol yang diisi air dan kertas bergambar panah atau penunjuk arah.Â
Caranya taruh botol yang berisi air di depan gambar panah tersebut dan siswa dapat melihat cahaya menarik dan membelok dalam gelas yang berada di depan gambar panah tersebut. Hal tersebut bekerja serupa dengan kaca pembesar, membelokkan cahaya ke arah tengah.
Dukungan orang tua pun menjadi penentu dalam proses pembelajaran siswa. Keterlibatan orang tua dalam membimbing dan membantu para siswa dalam belajar, memberikan kesan serupa ketika belajar dengan guru di sekolah.
Salah satu orang tua siswa, Sri Munawati (43) mengatakan, bahwa anaknya Muhammad Ridho Satria, selalu bercerita ketika selesai belajar dengan mahasiswa.
"Alhamdulillah Ido seneng banget diajar sama ka Rizky, katanya. Selalu ada cerita dari Ido setiap selesai belajar. Makasih banyak ya ka udah kasih inspirasi buat anak-anak jadi selalu bercerita apa aja yang dipelajari ketika sekolah" ujarnya.
Kegiatan literasi ini rupanya membangun siswa untuk aktif dalam menerapkannya di kehidupan sehari-hari. Siswa pun dapat lebih dekat dengan orang tuanya dan mau bercerita sekaligus berdiskusi mengenai kegiatan belajar siswa.
Terlaksananya program literasi baca tulis, numerasi, dan sains, diharapkan para siswa dapat lebih antusias dan tetap semangat dalam melaksanakan kegiatan belajar serba daring akibat pandemi COVID-19.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H