Mohon tunggu...
Britney Joseph
Britney Joseph Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sastra Inggris di Universitas Negeri Surabaya

One day I will find the right words, and they will be simple.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

UNESA Hadirkan Belasan Pakar Menelisik Teori Sastra Budi Darma

20 September 2021   11:38 Diperbarui: 21 September 2021   17:19 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sastrawan dan Guru Besar Emeritus Budi Darma | Sumber Gambar: unesa.ac.id

Hal ini tampak pada proses menulis almarhum yang cenderung dilakukan secara tiba-tiba dan penuh ketidaksadaran.

“Budi Darma dalam konsep sastranya meyakini bahwa penulis yang sesungguhnya tidak akan pernah mempunyai persiapan apa-apa. Akan tetapi, mereka yang sesungguhnya penulis tidak bisa menulis tanpa persiapan apa-apa,” ujar penulis sekaligus ilmuwan sastra Indonesia itu.

“Persiapan sebelum menulis bukan dengan mengumpulkan literatur, melainkan memejamkan pengalaman batin, kepekaan, imajinasi, dan kemampuan bahasa.” -Budi Darma

Penulis yang sesungguhnya tidak pernah mempersiapkan tema, alur, penokohan, pun unsur-unsur dasar kepengarangan lainnya; karena sejatinya, sumber dari segala persiapan seorang penulis terletak pada otak. Artinya, ide akan mengalir dengan begitu saja.

Salah satu contohnya adalah novel Olenka (1983) yang terbit secara tiba-tiba setelah Budi melihat sosok wanita yang menarik perhatiannya di dalam lift. 

Kata demi kata Ia rangkai, bahkan sampai bermalam-malam tidak tidur. Olenka (1983) pun jadi diatas ketidaksadarannya.

Istilah proses menulis yang dilakukan secara tiba-tiba dan tanpa kesadaran ini disebut dengan keterbiusan.

Intelektualitas Pengarang dan Karya Sastra

Budi Darma dalam kumpulan esainya kerap menyinggung bagaimana sastra dapat menjadi medan intelektualitas seorang pengarang.

“Dalam Sastra kita tidak bisa bercita-cita untuk menurunkan kapasitas intelektual kita. Sastra adalah intellectual exercise, dan kita bercita-cita untuk menaikan kapasitas intelektual kita.” -Budi Darma (1973)

Dalam kutipan tersebut, beliau secara terang menyebutkan bahwa sastra adalah intellectual exercise—yang artinya sangat diperlukan kemampuan intelektual untuk bisa menulis dan memahami karya sastra.

Bagi seorang Budi Darma, intelektual adalah mereka yang mampu berpikir dalam tataran abstraksi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun