Hal ini selaras dengan tujuan diadakannya simposium, yaitu untuk mengonstruksi teori sastra Budi Darma.
“Maka dari itu, diharapkan materi dan pemaparan para narasumber nantinya dapat dirumuskan menjadi satu buku yang akan diterbitkan oleh Fakultas Bahasa dan Seni Surabaya,” tutur Dekan FBS UNESA, Dr. Trisakti, M. Si. dalam sambutannya itu.
Tidak hanya dirumuskan menjadi buku, Simposium Nasional tersebut juga diharapkan akan ditindaklanjuti dalam bentuk konferensi Internasional, sambung Rektor UNESA Prof. Nurhasan, M.Kes.
“Kami berharap hasil simposium ini dapat ditindaklanjuti dalam konferensi internasional pada bulan awal tahun depan. Dengan konferensi internasional tersebut diharapkan keluasan dan kekayaan wawasan yang dicurahkan dari berbagai pihak akan sangat bermanfaat untuk merumuskan teori sastra Budi Darma. Mudah-mudahan impian kita bersama untuk memiliki teori sastra yang lahir dari anak Negeri ini dapat tercapai,” ujarnya.
Jungkir Balik pada Penokohan Budi Darma
Menurut Prof. Faruk HT, konsep Jungkir Balik yang tampak dalam karya-karya Budi Darma terletak pada unsur penokohan dan karakter yang cenderung terkesan janggal.
Hal ini lantaran banyak peristiwa yang muncul secara mendadak, tanpa alasan, maupun tujuan.
“Tokoh-tokoh Budi Darma begerak dengan tiba-tiba, jadi mereka tidak tahu kenapa saya di sini, kenapa saya begini, mengapa saya melakukan ini? Mereka tiba-tiba saja didorong seperti untuk bertindak,” ujar Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM itu.
Karya-karya Budi Darma pada dasarnya sangat dikuasai oleh kekuatan subjektivitas atau ‘surealisme.’ Akan tetapi, surealisme Budi Darma sangat berbeda dengan karya-karya sejenis pada umumnya.
Adicita surealisme Budi Darma cenderung mengimani campuran idealisme abstrak yang terus bergerak layaknya cerita-cerita action, namun stagnan mengandung kedalaman.
Kritikus sastra UGM itu pada akhir pemaparan menyebutkan bahwa yang menarik dari kekhasan Budi Darma yaitu karyanya adalah campuran dari tragedi dan komedi (tragicomedy).
Keterbiusan Menulis Budi Darma
Dr. Seno Gumira Ajidarma, S. SN., M. Hum. menyatakan bahwa Budi Darma bukanlah penulis yang terpaku pada aturan-aturan baku, melainkan sebaliknya.