Kemunculan konten multimedia dapat dibilang mulai pada tahun 2000-an, ketika nytimes.com memublikasikan cerita dalam kategori 'multimedia'. Ketika itu, Jacobsen dalam menganalisis konten di nytimes.com antara tahun 2000-2008. Jacobsen menyimpulkan konten multimedia yang diterbitkan sebagai perpanjangan dari teks, bukan sebagai format cerita utama. Di tahun tersebut, The New York Times membagi konten multimedia menjadi empat kategori, yakni video, audio, slide show, dan fitur interaktif.Â
Selain itu, video berita secara online merupakan format multimedia yang paling cepat berkembang. Terlebih dengan hadirnya YouTube, di mana menjadi sarana bagi perusahaan media menyebarkan berita dan konten dan tak sedikit pula audiens yang mengaksesnya.Â
Elemen multimediaÂ
Seperti yang sudah dijelaskan di awal, bahwa multimedia diartikan sebagai banyak media atau sarana komunikasi. Berikut ini beberapa elemen dalam multimedia:
Teks menjadi salah satu elemen yang sangat jelas  dalam menyampaikan informasi. Melalui teks, penulis atau kreator dapat memberikan penekanan terhadap kata yang diinginkan (keterangan judul, subjudul, caption, hingga subtitle video).Â
  2. GambarÂ
Kehadiran gambar dalam konten atau berita, tentunya akan semakin menarik. Selain itu, para pembaca juga lebih dapat merasakan, memahami, dan membayangkan peristiwa tersebut atau pesan yang disampaikan. Â
Dalam mengambil sebuah gambar atau foto, pastinya juga harus diambil secara tepat. Perlu dipastikan bahwa gambar tidak goyang dan pencahayaan yang baik.Â
  3. AudioÂ
Saat ini podcast, memiliki peminat yang kian terus bertambah. Hal ini menunjukkan konten berbasis audio atau suara sangat diminati. Maka dari itu, jika jurnalisme juga perlu ikut mengambil peran dalam menyebarkan konten audio.Â
Dalam elemen ini, audiens dapat lebih merasakan suasana yang ada serta dapat lebih mudah memahami pesan yang diberikan. Selain pemaparan materi, dalam memproduksi audio tentunya perlu diperhatikan dari segi kualitas suara, meminimalkan noise, hingga penyuntingan suara.Â