"Konsep 'multimedia' sangat erat dengan kehidupan manusia di era saat ini. Multimedia merupakan kombinasi dari banyak media, seperti teks, gambar, suara, animasi, video, hingga interaktivitas.
Terminologi atau istilah 'multimedia' tentunya menjadi sesuatu yang tak asing di telinga kita. Terlebih di era yang serba digital sekarang, konsep multimedia begitu erat dengan kehidupan kita.Â
Tak hanya itu, kini jurnalisme juga mengarah dan terus mengembangkan jurnalisme dengan konsep multimedia atau yang disebut sebagai "jurnalisme multimedia". Sebelum lebih jauh dengan jurnalisme multimedia, mari kita pahami dulu apa itu 'multimedia'.
Konsep multimedia dan jurnalisme multimedia
Singkatnya, multimedia terdiri dari kata 'multi' yang berarti 'banyak' dan 'media' yang berarti "sarana dalam komunikasi massa". David Campbell mendefinisikan sebagai kombinasi dari beberapa elemen, seperti teks, gambar, suara, grafis dalam memproduksi sebuah cerita.
Cepat atau lambat organisasi atau lembaga media akan menerapkan proses integrasi dari bagian-bagian berbeda dalam pembuatan berita. Selain mengikuti perkembangan teknologi, diyakini bahwa masyarakat dan khususnya generasi Z akan lebih menyukai konten dengan visual yang baik.Â
Data yang dirilis oleh WAN-IFRAÂ menunjukkan bahwa pelanggan berita digital secara global (data survei 50 negara) meningkat hingga 208 persen selama lima tahun terakhir hingga 2018, dan diperkirakan akan terus tumbuh.Â
Definisi lain dari Mark Deuze, multimedia diartikan sebagai penyajian berita yang terintegrasi, meskipun tak simultan. Dalam artian, melalui media yang berbeda seperti, situs web, televisi, radio, surat kabar, hingga majalah (integrasi media horizontal).
Beberapa contoh dari produk jurnalisme multimedia, seperti adanya slide gambar dalam situs web surat kabar, ringkasan berita di beberapa media lain (surel, media sosial. Kemudian juga, dalam ruang berita multimedia terintegrasi secara penuh dengan tim dari media cetak, siaran, hingga online. Mereka bersama-sama mengumpulkan informasi, database, dan merencanakan apa yang akan ditayangkan.
Lalu, apakah jurnalisme multimedia dan jurnalisme online sama? Tentunya berbeda, jurnalisme online tidak bertujuan untuk memproduksi berita secara multimedia. Secara singkat, produk jurnalisme online hanya terdapat teks dan gambar saja.
Kemunculan konten multimedia dapat dibilang mulai pada tahun 2000-an, ketika nytimes.com memublikasikan cerita dalam kategori 'multimedia'. Ketika itu, Jacobsen dalam menganalisis konten di nytimes.com antara tahun 2000-2008. Jacobsen menyimpulkan konten multimedia yang diterbitkan sebagai perpanjangan dari teks, bukan sebagai format cerita utama. Di tahun tersebut, The New York Times membagi konten multimedia menjadi empat kategori, yakni video, audio, slide show, dan fitur interaktif.Â
Selain itu, video berita secara online merupakan format multimedia yang paling cepat berkembang. Terlebih dengan hadirnya YouTube, di mana menjadi sarana bagi perusahaan media menyebarkan berita dan konten dan tak sedikit pula audiens yang mengaksesnya.Â
Elemen multimediaÂ
Seperti yang sudah dijelaskan di awal, bahwa multimedia diartikan sebagai banyak media atau sarana komunikasi. Berikut ini beberapa elemen dalam multimedia:
Teks menjadi salah satu elemen yang sangat jelas  dalam menyampaikan informasi. Melalui teks, penulis atau kreator dapat memberikan penekanan terhadap kata yang diinginkan (keterangan judul, subjudul, caption, hingga subtitle video).Â
  2. GambarÂ
Kehadiran gambar dalam konten atau berita, tentunya akan semakin menarik. Selain itu, para pembaca juga lebih dapat merasakan, memahami, dan membayangkan peristiwa tersebut atau pesan yang disampaikan. Â
Dalam mengambil sebuah gambar atau foto, pastinya juga harus diambil secara tepat. Perlu dipastikan bahwa gambar tidak goyang dan pencahayaan yang baik.Â
  3. AudioÂ
Saat ini podcast, memiliki peminat yang kian terus bertambah. Hal ini menunjukkan konten berbasis audio atau suara sangat diminati. Maka dari itu, jika jurnalisme juga perlu ikut mengambil peran dalam menyebarkan konten audio.Â
Dalam elemen ini, audiens dapat lebih merasakan suasana yang ada serta dapat lebih mudah memahami pesan yang diberikan. Selain pemaparan materi, dalam memproduksi audio tentunya perlu diperhatikan dari segi kualitas suara, meminimalkan noise, hingga penyuntingan suara.Â
  4. AnimasiÂ
Dengan menampilkan gambar atau tulisan yang berganti-ganti secara cepat dapat membuat konten menjadi lebih menarik dan hidup. Tak hanya itu, penggunaan efek transisi juga membuat terlihat lebih menarik
  5. Video
Menghadirkan gambar bergerak dan audio secara bersamaan, membuat video menjadi elemen yang paling menarik perhatian audiens. Dengan menampilkan video dalam konten, tentunya dapat memperkuat dan memperjelas pesan yang ingin disampaikan.Â
Meskipun video menjadi elemen yang menarik, namun dalam proses pembuatannya juga terbilang tidak mudah. Diperlukan keahlian khusus dalam mengambil gambar, audio, hingga melakukan penyuntingan video.Â
  6. InteraktivitasÂ
Elemen ini dapat berupa navigasi, permainan, atau hal-hal yang dapat dilakukan oleh pembaca (bersifat dua arah). Salah satu media yang telah menerapkan elemen ini adalah VIK (Virtual Interaktif Kompas).
Itu tadi penjelasan mengenai multimedia dan elemen multimedia yang kerap diaplikasikan dalam konsep jurnalisme multimedia. Semoga informasi ini dapat bermanfaat dan meemberikan wawasan baru ya! Â Â
Namun demikian, sebenarnya apa yang membuat konsep multimedia ini begitu diminati dan terus dikembangkan? Temukan jawabannya di podcast berikut ya! Selamat mendengarkan!Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H