Mohon tunggu...
Briggita Rapunzel Citra
Briggita Rapunzel Citra Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Hai

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kritik Sastra Objektif Novel "Telegram" Karya Putu Wijaya

26 Februari 2022   16:07 Diperbarui: 26 Februari 2022   16:12 4913
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Bentuk penokohan yang dilakukan oleh penulis dalam novel ini adalah metode dramatik dengan cara melalui dialog antar tokoh, perilaku tokoh, dan juga pemikiran-pemikiran yang dimiliki oleh tokoh. Untuk tokoh selain tokoh "Aku" dan Sinta, penokohan dilakukan oleh narasi dari tokoh utama. 

Contohnya seperti tokoh keluarga di Bali, yang sebagian besar tidak berdialog namun tergambar melalui narasi tokoh utama. Menurut saya penokohan ini cukup menarik, karena kita sebagai pembaca hanya dapat melihat karakter tokoh yang berkaitan melalui sudut pandang tokoh utama. 

Seperti contohnya dalam kalimat, "Sudah pasti, kakak tiriku yang tak suka melucu dengan saudara tirinya itu, tak akan membuat telegram kalau tidak ada sesuatu malapetaka. Kalau bukan ibu, mungkin saudara lelakiku yang terganggu syarafnya. la memang seorang yang berbahaya karena bukan gila, tetapi waras pun tidak" (Wijaya, 1973, h.17). 

Tokoh "Aku" sebagai tokoh utama memiliki watak yang dingin, pemarah, dan juga reaktif dalam menghadapi sesuatu. Salah satu contoh buktinya terdapat pada penggalan cerita dalam novel, Wijaya (1973) : 

Brak ! Brak! Aku telah memukuli meja itu. Pak Tua datang, ia menyentuh tanganku. "Sabar, Pak," bujuknya. Aku telah berdiri. Rasanya mau melabrak saja. Justru kedatangan orang tua itu menyebabkan aku mau pamer kegalakan. "Saya peringatkan!" teriakku. "Kalau kalian berdua masih saja mencoba mengganggu, saya adukan ke polisi, kalian mau menculik! MCDSAK NBGFFKK LKI GKLPOIUYTRE FGJKLKJHGFH]LJ LKJ ......!" sambungku kemudian dengan bahasa daerah yang pedas dan sedikit ngawur. Keduanya tak berkutik serta ketakutan. (h. 136).

Selanjutnya adalah tokoh pendukung yang tak kalah menarik, yakni Sinta yang memiliki peran sebagai anak angkat. Bagi saya, karakter Sinta dalam buku ini lebih mengarah pada penetral dari segala sikap atau akibat yang dilakukan oleh tokoh utama. Dalam buku ini, Sinta memiliki karakter atau watak yang penyabar, penyayang, dan juga dewasa. 

Penokohan tokoh Sinta oleh penulis digambarkan melalui sikap Sinta seperti yang tadi disebutkan terhadap tokoh utama atau masalah di sekelilingnya. Salah satu bagian dari buku ini yang sangat menggambarkan penokohan Sinta terletak pada kalimat, "Tunggu apa lagi Papa, ayo pulang. Nanti Papa sakit lagi. Papa pusing? Papa mabok?" (Wijaya, 1973, h.169)) 

Novel Telegram ini berlatar waktu pada kisaran tahun 1973-an bersamaan dengan waktu di mana novel ini dibuat oleh Putu Wijaya. Sehingga, apabila novel dibaca di waktu kini, maka akan terasa atmosfer atau suasana yang sangat berbeda  karena rentang waktu yang sangat jauh. Latar waktu ini dapat terlihat dari penggambaran suasana yang diberikan oleh tokoh utama, juga dari dialog yang ada dalam cerita. 

Salah satu penggambaran waktu yang cukup jelas dari novel ini tertera dalam kalimat, " Ternyata majalah Femina. Sebuah majalah untuk para Ibu. Tidak. Majalah Intisari" (Wijaya, 1973, h. 60). Kalimat tersebut menggambarkan latar waktu dari novel adalah karena sebagaimana yang saya simpulkan dari Widijatmiko (2021) majalah-majalah yang disebutkan tersebut terutama majalah Intisari adalah majalah-majalah yang ada atau terkenal pada masa sekitar tahun 1960-1973. 

Di samping itu, untuk latar tempat dari novel Telegram ini, cerita lebih banyak menggunakan latar yang sama berulang kali, berpusat di Jakarta. Seperti rumah dari tokoh "Aku", tempat kerja, dan jalanan raya tempat tokoh "Aku" umumnya berkeliaran. 

Penggambaran latar tempat ini dilakukan dengan narasi dari tokoh utama seperti beberapa contohnya antara lain, " Sebagaimana bagian Jakarta yang lain, ia masih terjaga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun