Mohon tunggu...
Brevian Rival R. Angi
Brevian Rival R. Angi Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 2 Cibal

Alumnus Program Studi Linguistik Universitas Gadjah Mada - Penerima Beasiswa LPDP

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kefalasiaan Yahaya Waloni

31 Agustus 2019   17:14 Diperbarui: 31 Agustus 2019   17:44 1914
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

18. Pada menit 38.00 -- 38.21

"Jadi, kalau dituduh gila nanti Mikael nggak usah marah karena yang menuduh kita gila adalah orang-orang gila. Justru kita masuk Islam baru sembuh dari gila"

Dari pernyataan Anda (pada nomor 15-18) ini terlihat kefalasian Anda, premis dan dan konklusi Anda tidak nyambung. Pertama, pada cerita anak Anda yang berumur 2 tahun waktu bertanya di mana Tuhan dan Anda menjawab "Itu di dinding" dan selanjutnya  (pada menit ke 37.52 -- 37.58) Anda menjawab bahwa yang tunjuk ke dinding itu gila, saya sangat setuju dengan jawaban Anda itu. Menurut saya, Ya memang jika ada orang Kristen yang berpikir (seperti Anda) bahwa keberadaan Tuhan Yesus itu di gambar yang tergantung di dinding maka memang benar dia gila (saya meminjam terminologi yang Anda pakai). Saya kesulitan mencari kata sifat untuk mendeskripsikan Anda terkait pernyataan Anda ini. Ijinkan saya yang gagal masuk sekolah teologia ini menjelaskan kepada Anda (yang katanya mantan pendeta dan rektor). Orang Kristen tidak berpikir atau menganggap bahwa Tuhan Yesus itu berada di sebuah gambar tergantung di dinding. Keberadaan Tuhan Yesus tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, Dia Maha hadir di mana pun dan kapan pun. Tidak hanya terbatas pada suatu tertentu. Nalar Anda kurang sehat. Anda tidak bisa membedahkan antara gambar Tuhan dan keberadaan Tuhan (yang Omnipresent). Jadi kalau 'gila' jangan ajak-ajak Kristen yang lain, Anda sendiri saja. Hanya Anda sendiri dan mungkin anak-anak yang belum sampai pada pemikiran abstrak seperti itu.

Kedua, sekali lagi Anda keliru, mengapa bertanya tentang Tuhan kepada orang gila? Bukankah orang gila tidak memiliki pemikiran yang rasional, tidak bisa membedakan yang baik dan benar, apalagi jika orang gila itu menderita skizofernia. Terdapat kesesatan berfikir (falasia) akut yang terlihat dari penarikan kesimpulan Anda.        

 

19. Pada menit 38.00 -- 38.21

 "Orang gila belum tentu sesat, lebih baik dituduh gila dari pada dituduh sesat. Orang gila belum tentu sesat, orang sesat lebih dari pada gila. Jadi kalau dituduh gila nanti Mikael jangan marah karena yang menuduh kita gila adalah orang-orang gila, justru kita masuk Islam baru kita sembuh dari gila" 

Memang susah ketika orang 'gila' berbicara tentang gila. Bisa jadi gila pangkat dua bahkan pangkat sembilan (giga). Penalaran induktif Anda tentang kekristenan yang berangkat dari pengalaman pribadi, generalisasi yang Anda buat nampak sekali kefalasian Anda. Pesan saya untuk Anda (mantan rektor) agar berfikir baru berbicara jangan berbicara sebelum berpikir. Kasihan gara-gara Anda negara ini jadi tidak damai tapi saya tahu bahwa tidak semua Islam seperti Anda dan tidak semua ustaz seperti Anda. Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun