Mohon tunggu...
Mutiara Valentina Febriany
Mutiara Valentina Febriany Mohon Tunggu... Mahasiswa - 18

Mahasiswa semester 1 Universitas Trunojoyo Madura

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Misophonia, Alasan Kamu Benci Suara Orang Makan

22 Desember 2021   19:54 Diperbarui: 22 Desember 2021   19:57 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
wayhomestudio/freepik 

Tahukah kamu bahwa terdapat banyak suara latar belakang dalam kehidupan sehari-hari? Suara-suara tersebut tampaknya tidak memiliki efek yang signifikan.

Tapi bagi mereka yang memiliki suatu kondisi yang dikenal sebagai misophonia, suara latar belakang tersebut memiliki dampaknya tersendiri. 

Setidaknya akan ada orang yang merasa tidak nyaman ketika mendengar suara garpu yang digesekan ke sebuah piring.

Sekarang bayangkan perasaan tidak nyaman tersebut ketika mendengar suara latar belakang seperti orang bernapas, makan, ataupun bersin.

Seseorang yang memiliki Misophonia mengalami reaksi yang sama dengan orang "normal" yang mendengar suara garpu yang digesekan ke sebuah piring.

Kegiatan pergi ke bioskop bersama teman atau makan direstoran menjadi sebuah tantangan tersendiri. 

Apa itu Misophonia?

Melansir dari Psychology Today, misophonia merupakan respons emosional dan fisik yang ekstrem terhadap suara yang tampaknya tidak berbahaya dan berulang seperti mengunyah, memukul bibir, dan bahkan bernapas". 

Diterjemahkan dari bahasa Yunani sebagai "kebencian terhadap suara", seseorang yang memiliki kondisi ini mengalami respons fight-or-flight terhadap suara-suara tersebut, bersama dengan ketegangan fisik, kemarahan yang tidak proporsional, dan kebencian atau rasa jijik terhadap orang yang bertanggung jawab atas kebisingan pemicu. 

Misophonia biasanya muncul pada usia 9-12 tahun dan lebih sering dialami oleh perempuan daripada laki-laki.

Kondisi ini dapat bertahan sampai seumur hidup.

Pemicu Misophonia

Suara yang dapat menjadi pemicu bervariasi pada setiap orang dengan misophonia. Pemicu tersebut juga dapat berubah seiring dengan waktu.

Menurut VeryWellMind, berikut merupakan beberapa pemicu misophonia:

  1. Bersin
  2. Memotong kuku
  3. Menguap
  4. Bernapas
  5. Mengunyah

Terdapat pula pemicu visual yang disebut dengan misokinesia. Pemicu tersebut berupa pergerakan bibir, menyentuh hidung, dan gerakan kaki.

Setiap penderita, satu pemicu dapat memiliki efek yang berbeda-beda. Ada yang lebih parah dari yang lain, tergantung dengan pengalaman sebelumnya.

Penyebab Misophonia

Para peneliti belum tahu pasti mengenai asal usul yang dapat menyebabkan misophonia, namun ada beberapa faktor yang dapat mendorongnya seperti:

  1. Gangguan mental lain
  2. Perbedaan kimia pada otak
  3. Tinnitus
  4. Keturunan atau genetika

Misophonia memiliki pengaruh besar terhadap penderitanya.

Kondisi ini dapat menghancurkan kehidupan penderita secara perlahan. Hubungan dengan anggota keluarga atau teman bisa mengalami kerusakan.

Kesehatan mental seseorang yang memiliki misophonia juga bisa terganggu. Kondisi ini dapat memicu depresi, kecemasan, hingga panick attact.

Meskipun mulai banyak awareness mengenai kondisi ini, kurangnya dana dalam penelitian membuat banyak penderita kesulitan untuk mendapat bantuan.

Terutama di Indonesia, kondisi ini masih dianggap sebagai suatu hal yang tabu.

Belum ada obat pasti yang dapat menyembuhkan kondisi ini. Namun, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meminimalisir terjadinya reaksi.

Penderita dapat melakukan terapi suara, konseling dengan terapis, atau menggunakan noise cancelling headphone.

Saat ini juga sudah banyak organisasi di internet yang ingin merangkul penderita misophonia agar mereka tidak merasa sendirian.

Beberapa diantaranya adalah Misophonia Association, The Misophonia Institute, dan Misophonia UK.

Oleh: Mutiara Valentina Febriany/Prodi Ilmu Komunikasi/Universitas Trunojoyo Madura.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun