Mengenai tarif, itu adalah persoalan model bisnis, secara garis besar pemerintah tidak bisa ikut campur. Namun alangkah baiknya pemerintah membebaskan tarif bagi pebisnis taksi konvensional. Biarkan mereka bertarung habis-habisan dan berdarah-darah di perang tarif seperrti yang pernah terjadi pada operator telekomunikasi. Biar alam yang menentukan, siapa yang bertahan dan siapa yang bakalan mati. Karena dengan membebaskan tarif maka taksi konvensional pasti tidak akan mampu menaikkan tarif. Dan itu pasti akan menyenangkan masyarakat. #perangtarif
Tanpa mau mengubah diri menuju pelayanan yang bagus, pastinya taksi konvensional masih tidak akan mampu menaikkan pendapatannya dan akan semakin tergerus. Kenapa? karena lagi-lagi biaya yang mereka tanggung sama besarnya, dikala mereka harus bertarung di perang tarif, yang ada malahan perusahaan taksi konvensional akan semakin rugi. Sedangkan bagi supir online pastinya akan santai-santai saja, karena biaya yang mereka keluarkan sangatlah kecil, walaupun mereka harus bayar pajak sekalipun, karena supir online itu bisa dikategorikan sebagai pengusaha mikro.
Dalam perang tarif, sebaiknya hitungan argometer taksi konvensional  harus berbasis jarak sesuai GPS, tidak lagi ada argo tetap jalan walaupun kondisi mobil berhenti. Sebagaimana yang diberlakukan aplikasi transportasi online, mereka memberlakukan tarif per km sesuai jarak berbasis GPS dan besaran tarifnya pun diperlihatkan di awal, mau macet atau harus melalui jalur memutar-mutar, bayaran pada transprotasi online tetap sama sesuai dengan tarif yang diperlihatkan di awal. Apakah taksi konvensional mau menerapkan model seperti itu? Apakah berat, karena lagi-lagi mereka harus menanggung biaya operasional perusahaan ini itu di luar pajak. #tarifjalan
Jadi apapun solusinya, apakah itu harus bayar pajak, selama aplikasi online itu tidak ditutup pemerintah, kl tidak mau berubah maka taksi konvensional lama-lama akan tinggal nama saja. Maka lebih baik berubah lah. Ubah lah model bisnisnya. Karena yang dihadapi adalah pengusaha mikro dengan biaya skala mikro namun mendapatkan sumber daya layaknya perusahaan besar. Â Â Â Â Â Â Â
   Â
Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H