Mohon tunggu...
I Made Bram Sarjana
I Made Bram Sarjana Mohon Tunggu... Administrasi - Analis Kebijakan

Peminat pengetahuan dan berbagi pengetahuan.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Mencegah Demokrasi Menjadi Seremoni

7 November 2024   15:44 Diperbarui: 7 November 2024   15:51 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sektor pertanian dan petani, isu strategis yang sering luput dari visi calon kepala daerah (koleksi pribadi)

Di sisi lain, pada jangka panjang, rekrutmen "terbuka" ini juga berpotensi menimbulkan permasalahan bagi partai itu sendiri karena membuat terjadinya stagnasi proses kaderisasi internal. Tidak jarang usai melaksanakan jabatannya, para kader yang direkrut dari kalangan internal ini kembali ke habitat asalnya, tidak lanjut berkarir di partai. 

Terkecuali, berhasil lanjut lagi menduduki jabatan publik baik anggota dewan atau kepala daerah. Ketika ini terjadi, maka karir para kader yang sejak awal telah berkarir di partai selalu "terpotong" oleh kader dari eksternal ini.

Potensi masalah organisasional lainnya adalah semakin lunturnya idealisme dan jiwa ideologis karena kader rekrutan dari kalangan eksternal ini tidak sempat menjalani atau mengalami eksposure pendidikan ideologi partai yang proses pembentukannya tidak dapat terjadi secara instan. 

Bagi organisasi seperti partai politik yang pilar utamanya adalah ideologi yang digerakkan oleh para kader, proses tersebut tentunya akan mengancam eksistensi partai. Kalaupun masih bertahan/eksis partai tersebut tidak berjiwa, hanya dihuni oleh kader pragmatis yang mengejar jabatan publik.

 Padahal sejatinya partai adalah mesin perjuangan ideologi. Entah, mungkin partai-partai politik di masa kini mengalami tantangan berat dalam melawan arus keras fenomena pragmatisme politik, yaitu perjuangan politik yang semata bertujuan meraih jabatan publik, bukan untuk memperjuangkan penegakkan ideologi partai demi kemaslahatan bangsa dan negara.

Perubahan kedua, nampak pada mulai terjadinya mekanisme yang lebih baik dan rasional dalam upaya memperkenalkan kader-kader partai yang akan mengikuti kontestasi kepada publik. Di masa lalu (walau sebagian masih pula dilaksanakan pada masa kini), kampanye untuk memperkenalkan profil kader dilakukan melalui pentas hiburan/panggung dangdut dan arak-arakan di jalanan.

Logika sehat sebagian besar insan yang sehat jasmani rohani nampaknya tidak bisa menerima, atau setidaknya belum bisa menerima, bagaimana panggung dangdut atau arak-arakan mobil- motor di jalanan dengan suara memekakan telinga dapat menjadi ruang bagi mereka  untuk dapat mengetahui kapabilitas para calon kepala daerah? Bagaimana pentas hiburan dangdut atau arak-arakan nan bising di jalanan bisa menjadi media rasional dan cerdas bagi rakyat untuk mengetahui sejauhmana  pemahaman para calon kepala daerah terhadap permasalahan yang dihadapi masyarakat. 

Selain itu juga bagaimana mengetahui rencana program kerja yang akan dilakukan untuk memecahkan permasalahan pembangunan daerah. Masyarakat tentu ingin mengetahui  rencana tata kelola keuangan daerah yang akan dilakukan sebagai fondasi melaksanakan berbagai program kerja yang diperjanjikan di tengah-tengah keterbatasan kapasitas fiskal daerah. 

Itu semua menjadi hal penting bagi masyarakat karena  mereka akan memberikan kepercayaan kepada orang yang menjalankan pemerintahan dan menentukan hajat hidup mereka. 

Apakah semakin heboh dan meriah pentas hiburan mengindikasikan semakin tingginya kapabilitas seorang calon kepala daerah? Apakah semakin banyak massa yang turut arak-arakan di jalanan mengindikasikan semakin visioner seorang calon kepala daerah? Sejauh ini belum tersedia penjelasan ilmiah yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Mekanisme sosialisasi dan kampanye para calon yang dilakukan dengan cara yang seperti itu di masa lalu menunjukkan bahwa setidaknya cara seperti itulah yang dipandang paling efektif untuk menarik simpati rakyat, para pemilik suara, yang artinya mengerdilkan rasionalitas dan intelektualitas rakyat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun