Dalam perkembangannya, perekonomian daerah yang mengarah pada ekonomi berbasis industri pariwisata, pemanfaatan air justru menjadi semakin penting dan tetap pula menjadi urat nadi yang menunjang kehidupannya. Air mengaliri setiap kamar pada ribuan hotel, villa, restoran, perkantoran, serta berbagai aktivitas ekonomi lainnya yang ada di Bali.Â
Air yang mengaliri sungai-sungai juga menjadi salah satu atraksi wisata air. Air telah menjadi bagian dari kehidupan umat manusia dari berbagai dimensinya.Â
Oleh sebab demikian pentingnya fungsi air dalam berbagai dimensi kehidupan manusia, maka upaya konservasi dan penyelamatan sumber daya air menjadi amat penting, dan harus menjadi agenda penting pembangunan bagi pembuat kebijakan di setiap tingkatan.
Terlepas dari peran vital air dalam kehidupan dari sejak era masyarakat tradisional hingga masyarakat era modern, tantangan besar terhadap konservasi dan penyelamatan sumber daya air justru terjadi di era kehidupan masyarakat modern.
Kondisi ini tidak terhindarkan akibat semakin kompleksnya kebutuhan hidup masyarakat yang berimplikasi pada semakin tingginya tingkat kebutuhan, bahkan eksploitasi terhadap sumberdaya air.Â
Masyarakat tradisional telah memiliki kearifan lokal yang diwariskan turun-temurun hingga era modern dalam upaya konservasi dan penyelamatan sumberdaya air. Kearifan lokal masyarakat Bali dalam mengelola sumberdaya air bahkan diperkirakan telah ada sejak abad ke-11 (Nastiti et al., 2022).Â
Umat Hindu di Bali memiliki ritus dan tempat-tempat suci yang secara khusus didedikasikan untuk penyucian, penghormatan dalam upaya konservasi dan penyelamatan sumber-sumber air.
Tradisi ini masih dilaksanakan dan hidup di tengah-tengah masyarakat misalnya pada di Pura Tirtha Taman Mumbul di Desa Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung. Masyarakat Mumbul memiliki konsep pembagian air menjadi tiga jenis, yaitu "tirtha, toya, dan yeh".Â
Konsep tirtha digunakan dalam konteks air untuk kepentingan keagamaan (sakral). Selanjutnya konsep toya digunakan dalam konteks air untuk kepentingan manusia (profan), serta yeh digunakan ketika air berada dalam konteks pemanfaatan untuk alam dan binatang (Nastiti et al., 2022).
Gunung di hulu beserta hutan, sungai hingga pantai (segara) di hilir, dalam bingkai keyakinan diagungkan sebagai tempat-tempat yang menjadi simpul keberadaan sumber-sumber air. Oleh sebab itu eksploitasi beserta pemanfaatannya harus diiringi pula dengan upaya konservasi. Hutan dan pohon tidak boleh ditebang sembarangan.Â