Mohon tunggu...
I Made Bram Sarjana
I Made Bram Sarjana Mohon Tunggu... Administrasi - Analis Kebijakan

Peminat pengetahuan dan berbagi pengetahuan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Mempertemukan Kearifan Lokal dan Hasil Riset untuk Konservasi dan Pemanfaatan Air Berkelanjutan

20 Juni 2024   15:50 Diperbarui: 21 Juni 2024   14:34 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Telaga di Pura Luhur Batukaru, Tabanan memiliki fungsi ekologis dan spiritual (dok.pribadi)

Dalam perkembangannya, perekonomian daerah yang mengarah pada ekonomi berbasis industri pariwisata, pemanfaatan air justru menjadi semakin penting dan tetap pula menjadi urat nadi yang menunjang kehidupannya. Air mengaliri setiap kamar pada ribuan hotel, villa, restoran, perkantoran, serta berbagai aktivitas ekonomi lainnya yang ada di Bali. 

Air yang mengaliri sungai-sungai juga menjadi salah satu atraksi wisata air. Air telah menjadi bagian dari kehidupan umat manusia dari berbagai dimensinya. 

Oleh sebab demikian pentingnya fungsi air dalam berbagai dimensi kehidupan manusia, maka upaya konservasi dan penyelamatan sumber daya air menjadi amat penting, dan harus menjadi agenda penting pembangunan bagi pembuat kebijakan di setiap tingkatan.

Terlepas dari peran vital air dalam kehidupan dari sejak era masyarakat tradisional hingga masyarakat era modern, tantangan besar terhadap konservasi dan penyelamatan sumber daya air justru terjadi di era kehidupan masyarakat modern.

Kondisi ini tidak terhindarkan akibat semakin kompleksnya kebutuhan hidup masyarakat yang berimplikasi pada semakin tingginya tingkat kebutuhan, bahkan eksploitasi terhadap sumberdaya air. 

Masyarakat tradisional telah memiliki kearifan lokal yang diwariskan turun-temurun hingga era modern dalam upaya konservasi dan penyelamatan sumberdaya air. Kearifan lokal masyarakat Bali dalam mengelola sumberdaya air bahkan diperkirakan telah ada sejak abad ke-11 (Nastiti et al., 2022). 

Umat Hindu di Bali memiliki ritus dan tempat-tempat suci yang secara khusus didedikasikan untuk penyucian, penghormatan dalam upaya konservasi dan penyelamatan sumber-sumber air.

Tradisi ini masih dilaksanakan dan hidup di tengah-tengah masyarakat misalnya pada di Pura Tirtha Taman Mumbul di Desa Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung. Masyarakat Mumbul memiliki konsep pembagian air menjadi tiga jenis, yaitu "tirtha, toya, dan yeh". 

Konsep tirtha digunakan dalam konteks air untuk kepentingan keagamaan (sakral). Selanjutnya konsep toya digunakan dalam konteks air untuk kepentingan manusia (profan), serta yeh digunakan ketika air berada dalam konteks pemanfaatan untuk alam dan binatang (Nastiti et al., 2022).

Kolam ikan pada Pura Dalem Balembong di Kampus Unud Bukit Jimbaran memiliki fungsi simbolik dan ekologis (dok.pribadi)
Kolam ikan pada Pura Dalem Balembong di Kampus Unud Bukit Jimbaran memiliki fungsi simbolik dan ekologis (dok.pribadi)

Gunung di hulu beserta hutan, sungai hingga pantai (segara) di hilir, dalam bingkai keyakinan diagungkan sebagai tempat-tempat yang menjadi simpul keberadaan sumber-sumber air. Oleh sebab itu eksploitasi beserta pemanfaatannya harus diiringi pula dengan upaya konservasi. Hutan dan pohon tidak boleh ditebang sembarangan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun