“ Itu sudah kawan. Katong pelihara sapi banyak-banyak juga sonde ada ada gunanya kawan. Paling habis juga di adat dan belis apalagi katong dua ini laki-laki.” Lukas mencoba mengarahkan pikirannya seperti yang dipikirkan Jose.
“ Jadi lu jangan menghayal toh kawan jadi orang kaya. Katong pu nasib begini saja. Punya bapak peternak sapi,nah katong dua? Sama saja toh.”
“ Aduh kawan,itu yang lu salah kawan. Orang bilang hidup itu perlu bermimpi. Semua itu berawal dari mimpi,kalo mau sukses harus berani bermimpi. Tapi juga harus berjuang untuk kejar katong punya mimpi.”
“ Ah Lukas,lu sudah jadi orang bijak ni ko? Hahahah.” Jose menyelah pembicaraan Lukas dan tertawa menatap temannya yang memasang wajah serius.
Lukas yang mendengar kelakarnya Jose akhirnya ikut tersenyum. Sebuah senyum terbungkus dengan mata menatap sayu pada wajah Jose yang juga tersenyum.
“ Tadi malam lu nonton TV atau sonde?” Lukas bertanya pada sahabatnya itu
“ Sonde kawan,beta punya generator habis solar kawan. Tadi malam hanya bisa tidur.”
“ Beta heran dengan orang-orang di Jakarta kawan. Dong di Jakarta ada mengeluh minta ampun kalau harga daging sapi terlalu mahal. Bayangkan saja,satu kilo harganya sampai Rp.120.000.”
“ Terus masalahnya buat kita apa Lukas?”
“ Oh jelas e. Coba lihat katong punya diri dan pekerjaan katong punya sekarang. Katong punya sapi banyak,kenapa katong tidak jual saja ke mereka?”
Wajah Jose yang dari tadi tampak kebingungan berangsur mulai terlihat mengerti maksud dari Lukas. Beberapa kali dia terlihat mengangguk anggukan kepalanya. Bola matanya juga kerap kali memojok ke sudut kanan atas lingkaran mata,mungkin sedang memikirkan sesuatu.