Gejolak yang terjadi pada 3 (tiga) sektor industri ini, tentunya merupakan efek domino yang akan berdampak pula pada seluruh rantai pasok industri tersebut dan perlahan namun pasti, akan mempengaruhi ekonomi nasional.
2.   Di tahun 2016 ini, kembali Pemerintah melakukan pembangunan infrastruktur secara serius di seluruh wilayah nasional, sebagai upaya untuk membangun fundamental ekonomi nasional. Hal ini tentu akan merubah pola belanja barang dan jasa yang terdistribusi di berbagai wilayah Nasional dan tidak lagi terpusat di pulau Jawa yang juga akan berdampak pada peningkatan indeks konsumsi di luar jawa. Tentunya hal ini harus menjadi perhatian bagi pelaku usaha nasional dalam melakukan strategi bisnis di tahun 2016.
3.   Harga minyak mentah dunia, masih terus berfluktuasi dan hingga akhir 2016 diprediksi masih akan bergerak di level USD30 – USD40 per barell. Penurunan harga minyak mentah yang sangat drastis ini, merupakan salah satu indikator yang mempengaruhi turunnya daya beli konsumen, khususnya untuk barang-barang konsumsi menengah atas, baik elektronik, otomotif dan lainnya.
4.   Kawasan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), akan memberikan dampak yang signifikan, khususnya pada pola distribusi barang secara nasional. Seluruh elemen inti yang mendasari Masyarakat Ekonomi ASEAN (Pergerakan Bebas Arus Barang, Pergerakan Bebas Arus Jasa, Pergerakan Bebas Investasi, Pergerakan Bebas Modal dan Pergerakan Bebas Tenaga Kerja Terampil) memberikan dampak yang signifikan terhadap ekonomi nasional, khususnya terhadap system manufaktur dan pola distribusi barang. Dalam hal ini, system manufaktur dan distribusi akan menjadikan para pelaku usaha terbagi tiga (3) pelaku utama yaitu: Principles, Manufacturer dan Distributor.
Pelaku bisnis dari Negara ASEAN akan dapat melakukan distribusi secara langsung produk FMCG ke seluruh wilayah nasional, dengan harga jual yang kompetitif dan bahkan melakukan pembangunan industri yang sama di beberapa wilayah nasional.
5.   Nilai tukar rupiah, masih akan berada di range 13.500 – 13.900 per 1 USD, khususnya di semester 1. Sengaja atau tidak dan setuju atau tidak, nilai tukar Rupiah yang masih berada pada kisaran 13.500 - 13.900 per USD juga mampu menahan laju masuknya barang impor, khususnya FMCG dari beberapa Negara ASEAN, yang memiliki biaya produksi lebih kompetitif, serta merupakan peluang bagi perusahaan ekspor.
Tantangan, Peluang dan Harapan
Selain berbagai analisa kendala dan hambatan terhadap kondisi ekonomi nasional dan dunia, tahun 2016 juga memberikan tantangan dan peluang yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh pelaku ekonomi antara lain:
1.        Seiring dengan pembangunan infrastruktur, seperti rel kereta pelabuhan, kereta badara, rel kereta trans Sumatera, trans Sulawesi, trans Papua, tol laut dan lainnya, maka perlahan namun pasti, akan terjadi perubahan yang sangat signifikan dalam rantai ekonomi nasional, yaitu tersebarnya daya beli masyarakat. Sehingga seluruh pelaku ekonomi harus jeli melihat perubahan ini dan segera beradaptasi dengan berbagai rencana aksi dan strategi, agar daya beli yang mulai tersebar dapat dimanfaatkan.
2.        Fokus pembangunan dan pengembangan industri holtikultura dan perikanan khususnya, masih membuka peluang yang cukup besar dalam rantai dingin (cold chain). Dengan berbagai perubahan dalam birokrasi pemerintah serta target untuk menghasilkan produk akhir yang memiliki nilai jual lebih tinggi, maka terbuka peluang yang cukup bersar bagi para pelaku usaha untuk membangun dan mengembangkan jenis usaha di seluruh rantai pasok industri holtikultura dan perikanan. From raw finish product to high value finish product.
Hal yang hampir sama sesungguhnya juga terjadi pada sektor pertambangan dan mineral. Konsistensi pemerintah dalam menerapkan Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara, membuka peluang pelaku usaha untuk membangun dan menumbuhkan jenis usaha di sepanjang rantai pasok industri minerba, dan tentunya tidak sebatas pembangunan smelter saja, tetapi industri turunan (value added) lainnya.