Mereka tidak menyadari bahwa mengumpat di dalam hati hanya akan menodai ruang-ruang suci di dalam batin mereka. Keheningan di dalamnya terganggu dan akan merusak fokus konsentrasi mereka. Mereka tidak menyadari bahwa mereka sebenarnya memiliki banyak hal yang patut disyukuri dan dibanggakan.
Tiba-tiba, mereka mendengar suara mesin, dan bus yang mereka tumpangi bergetar, tanda bus sudah selesai diperbaiki. Mereka merasa lega dan bersyukur.
"Alhamdulillah, busnya berhasil diperbaiki dan kita bisa melanjutkan perjalanan." kata Boonaz J dengan senyum.
"Iya, alhamdulillah. Aku harap kita segera berangkat. Aku kangen sama keluarga di kampung." kata Boonaz A dengan senyum.
"Aku juga kangen sama keluarga di kampung. Aku mau kasih mereka oleh-oleh yang aku beli di kota." kata Boonaz N dengan senyum.
"Aku juga mau kasih mereka oleh-oleh yang aku beli di kota. Aku mau lihat reaksi mereka saat buka kado." kata Boonaz G dengan senyum.
"Aku juga mau lihat reaksi mereka saat buka kado. Aku mau nyanyiin lagu spesial buat mereka." kata Boonaz kembar A dengan senyum.
"Aku juga mau nyanyiin lagu spesial buat mereka. Aku mau ungkapin perasaan aku buat seseorang." kata Boonaz kembar N dengan senyum.
Mereka mulai menyadari bahwa mengumpat di dalam hati hanya akan membuat mereka lupa akan hal-hal baik yang ada di depan mata mereka. Mereka mulai bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan kepada mereka. Mereka mulai berharap dengan optimis dan tidak menyerah pada tantangan.
"Upayakan jangan sekali-sekali mengumpat di dalam hati, teman-teman. Walau tlah tak tahan lagi rasa kesalnya hati, segeralah istighfar berkali-kali sebagai pengganti niat hati untuk mengumpat di hati." kata Boonaz J dengan bijak.
"Iya, kamu benar, J. Terima kasih sudah mengingatkan kami. Mari kita bersama-sama istighfar dan memohon ampun kepada Allah atas segala kesalahan kita." kata Boonaz A dengan bijak.