Mohon tunggu...
Bona Ventura Ventura
Bona Ventura Ventura Mohon Tunggu... Guru - Kontributor buku antologi: Presiden Jokowi: Harapan Baru Indonesia, Elex Media, 2014 - 3 Tahun Pencapaian Jokowi, Bening Pustaka, 2017 | Mengampu mapel Bahasa Indonesia, Menulis Kreatif, dan media digital

#Dear TwitterBook, #LoveJourneyBook @leutikaprio

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Ratu Adil - Sejarah Mikro Wong Cilik dalam Pemberontakan

31 Januari 2025   23:40 Diperbarui: 31 Januari 2025   23:46 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis: Sindhunata

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Cet: 2, Februari 2024

Kategori: Ilmu Sosial

ISBN: 978-602-06-7489-6 

Tebal: xxi + 656 hlm l Bookpaper

Harga: 299.000 (Harga P. Jawa)

Sejarah seringkali ditulis dari perspektif penguasa dan elite. Sejarah adalah milik para pemegang kuasa. Sementara suara rakyat kecil, terutama kaum petani kerap terabaikan dan teraniaya. Wong cilik sebagai subjek yang bisu dan tanpa arsip menjadi kaum tak memiliki suara. Mereka kerap dinihilkan eksistensinya.

Dalam bukunya Ratu Adil, Sindhunata menggali sejarah pemberontakan masyarakat petani yang berulangkali terjadi dalam sejarah Indonesia. Dengan pendekatan sejarah mikro, buku ini memberikan tempat bagi mereka yang seringkali dianggap bisu dalam historiografi makro. Melalui narasi yang mendalam, Sindhunata mengangkat kisah perjuangan wong cilik dan menghubungkannya dengan ramalan Jayabaya, yang menjadi simbol harapan bagi kaum tertindas.

Akar Pemberontakan

Buku Ratu Adil membahas berbagai pemberontakan yang dilakukan oleh masyarakat kecil di pebagai tempat di Jawa pada abad ke-19 hingga permulaan abad ke-20. Sindhunata secara cermat mengurai akar perlawanan kaum petani yang selama berabad-abad menghadapi ketidakadilan ekonomi dan sosial. Dengan menghubungkan pemberontakan ini dengan mitos dan ramalan Jayabaya, sang penulis menunjukkan bagaimana konsep Ratu Adil menjadi simbol perlawanan dan harapan bagi wong cilik.

Dalam buku ini Sindhunata membatasi pada empat Gerakan Ratu Adil. Pertama, Perang Jawa pada masa politik merkantilisme. Kedua, Geger Pulung dalam kaitan dengan politik Tanam Paksa. Ketiga, Pemberontakan Kyai Kasan Mukmin pada masa redupnya kesejahteraan. Terakhir, peran tradisi Ratu Adil bagi Gerakan Sarekat Islam pada masa awal pergerakan nasional.

Dalam buku ini, Sindhunata mengungkap bagaimana kaum petani/ wong cilik tidak hanya menjadi korban ketidakadilan, tetapi juga dapat menjadi agen perubahan dalam sejarah. Pemberontakan mereka, meskipun seringkali gagal tetap meninggalkan jejak dalam kesadaran kolektif rakyat.

Dengan gaya penulisan yang reflektif dan menggunakan metode historis naratif, Sindhunata menyoroti berbagai kasus pemberontakan dari sudut pandang wong cilik. Ulasan dalam buku tentang kiprah mereka menjadikan sejarah mikro dari wong cilik sebagai narasi yang patut diperhitungkan dalam historiografi Indonesia.

Kesadaran Historis Wong Cilik

Salah satu kekuatan buku ini adalah bagaimana Sindhunata menghubungkan sejarah mikro dari wong cilik (Gerakan Ratu Adil) dengan dinamika sosial, politik, dan budaya yang lebih luas. Ia menunjukkan bahwa pemberontakan mereka tidak hanya sekadar gerakan spontan, tetapi juga bagian dari kesadaran historis yang terus hidup dalam sanubari masyarakat.

Dengan demikian, buku ini menawarkan perspektif yang lebih inklusif dalam memahami sejarah Indonesia, tidak hanya dari sudut pandang penguasa, tetapi juga dari mereka yang selama ini terpinggirkan.

Gerakan Ratu Adil bukan lagi hanya peristiwa dari sejarah mikro, melainkan lebih dari itu sebagi sebuah reaksi terhadap kondisi sosial ekonomi pada tiap-tiap periode yang terjadi dalam sejarah makro.

Buku Ratu Adil karya Sindhunata adalah sebuah kontribusi penting dalam historiografi Indonesia, khususnya dalam mengangkat sejarah mikro wong cilik. Dengan mengupas pemberontakan kaum petani dan kaitannya dengan mitos Ratu Adil, Sindhunata memberikan suara kepada mereka yang selama ini sering terabaikan dalam narasi sejarah makro.

Ratu Adil dalam jagad kosmos Jawa ibarat ayam jago yang dielu-elukan kedatangannya. Bagi orang Jawa sosok Ratu Adil yang dijagokannya itu laksana detak jantungnya sendiri. Pada Ratu Adil tersebut, orang Jawa meletakkan semua harapannya akan "kerajaan baru".

Di mana mereka terbebas terlepas dari belenggu penderitaan. Sesudahnya, mereka merengkuh dan menikmati kebebasan, keselamatan, dan kepenuhannya.

Buku ini tidak hanya membuka wawasan pembaca tentang peran wong cilik dalam sejarah, tetapi juga mengajak kita untuk lebih menghargai dan memahami perjuangan mereka dalam membentuk dinamika sosial dan politik Indonesia.

Melalui pendekatan historis naratif, Sindhunata berhasil membuktikan bahwa sejarah tidak hanya milik para pemenang, tetapi juga milik mereka yang berjuang di pinggiran kekuasaan. Buku juga semakin ciamik dengan goresan beragam ilustrasi dari Budi Ubrux yang semakin melengkapi dan memperkaya isi buku.

Buku yang awalnya disertasi ini sangat direkomendasikan bagi puan tuan pembaca yang ingin memahami sejarah dari perspektif interdispliner dan hendak mengetahui sejarah dari bawah tentang beragam pengandaian mitologis religius wong cilik.   Pun, bagi pembaca yang ingin melihat bagaimana harapan akan keadilan serta pembebasan diri tetap hidup dalam kesadaran wong cilik. Sejarah perlawanan wong cilik adalah bagian dari kehidupan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun