Mohon tunggu...
Bona Ventura Ventura
Bona Ventura Ventura Mohon Tunggu... Guru - Kontributor buku antologi: Presiden Jokowi: Harapan Baru Indonesia, Elex Media, 2014 - 3 Tahun Pencapaian Jokowi, Bening Pustaka, 2017 | Mengampu mapel Bahasa Indonesia, Menulis Kreatif, dan media digital

#Dear TwitterBook, #LoveJourneyBook @leutikaprio

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Berbagi Buku atau Ilmu Memberi Kebahagiaan

31 Desember 2020   22:49 Diperbarui: 26 April 2021   12:38 1228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bung Hatta - Foto Koleksi Museum Nasional

"Aku rela dipenjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas." tegas Bung Hatta. Ungkapan tersebut menegaskan bahwa ia seorang kutu buku sejati. Diasingkan di mana pun ia siap sedia sebagai konsekuensi perjuangan. Hanya satu syarat yang ia minta kepada yang memenjarakan/ mengasingkan. Ia boleh tetap membaca dan membawa buku-buku.

Dari ketekunan melahap beragam buku ia memiliki pondasi untuk mengokohkan ragam pemikirannya untuk perjuangan kemerdekaan Indonesia. Kerakusannya membaca membuat ia mampu membuat tulisan-tulisan dan buku yang semakin mengibarkannya dalam dunia pergerakan, perjuangan kemerdekaan, dan aktivitas intelektual di Indonesia.

Sebagai seorang kutu buku sejati, Bung Hatta tidak egois. Kala dibuang penjajah Belanda ke Banda Neira, Maluku dari 1936-1942, ia menjalani masa pembuangan dengan berbagi. Di sana ia aktif mengajar anak-anak. Sebagai orang buangan ia dibatasi semua aktivitasnya. Kala mengajar ia hanya menggunakan buku-buku penunjang yang terbatas. Hingga ia terpikir untuk mencari donasi agar ada pihak-pihak yang menyantuni buku-buku ke Banda Neira.

Hatta mengirim surat ke salah satu teman baiknya, Johannes Eduard Post, seorang pengusaha perusahaan impor di Amsterdam yang juga merupakan aktivitis dalam gerakan perdamaian dan anti-kolonial. Dari Eduard Post inilah ragam buku penunjang yang dibutuhkan Hatta disediakan. Ia memberi dukungan dengan mengirimkan buku-buku yang Hatta perlukan untuk mengajar.

Kebutuhan Membaca 

Bahagia melekat jadi tujuan kehidupan manusia. Parameter bahagia tiap individu berbeda. Penulis lebih memilih hal-hal sederhana yang dapat membuat bahagia. Sejatinya, bahagia itu berasal dari dalam diri. Seseorang bahagia atau sebaliknya ditentukan oleh disposisi batin masing-masing.

Salah satu yang membuat penulis bahagia adalah membaca. Berhasil menuntaskan bacaan semakin membuat penulis berbahagia. Tak lupa setiap usai membaca sebuah buku, penulis akan berbagi hal-hal menarik dan informatif dari isi buku tersebut. Penulis berbagi kebahagiaan dari tuntas membaca buku melalui Kompasiana dengan mengunggah resensi buku tersebut.  

Selain berbagi melalui Kompasiana, penulis juga kerap memberi motivasi kepada murid-murid agar giat membaca. Di sekolah tempat penulis berkarya disediakan waktu khusus membaca minimal satu jam pelajaran per minggu. Para murid dikondisikan untuk membaca beragam buku saat jam literasi. Lazimnya di semester ganjil mereka dianjurkan membaca buku-buku fiksi. Sedangkan, semester genap buku-buku nonfiksi yang lebih ditekankan untuk menjadi pilihan bacaan mereka.

Baca Juga: Sumbangan Buku Saya ke Keraton Ngayoyakarta Hadiningrat

Awal mula cukup terdapat banyak tantangan untuk membangun habitus membaca di kalangan siswa. Mereka adalah gen Z. Sebuah generasi yang sudah terpapar teknologi sejak usia dini. Mereka cenderung lebih akrab dengan gawai dibandingkan buku.

Keluhan yang paling sering mereka lontarkan adalah tidak betah berlama-lama membaca buku, apalagi buku tebal tanpa gambar/ ilustrasi. Mereka mengeluh bosan dan cenderung pusing jika berlama-lama membaca.

Untuk membangun habitus membaca pada diri mereka, maka penulis kerap mengisahkan tokoh yang dijadikan panutan dalam hal ketekunan membaca, yakni Bung Hatta. Ia memiliki waktu khusus untuk membaca setiap hari. Kala diasingkan oleh pemerintah kolonial di Digoel atau Banda Neira, ia tetap memiliki waktu empat jam setiap hari untuk membaca. Ketekunan dan kerajinan Bung Hatta dalam membaca senantiasa penulis gelorakan saat pemelajaran literasi.

Hikmah Tersembunyi pada Era Pandemi

Budaya membaca bisa saja belum merata di seluruh wilayah Indonesia. Bagi sebagian kalangan, buku adalah suatu kemewahan. Mereka lebih baik menggunakan uang untuk membeli makanan atau minuman.

Masih sedikit sekali keluarga yang betul-betul menyisihkan uang khusus untuk anggaran pembelian buku. Teladan Bung Hatta dalam menyediakan anggaran untuk membeli buku untuk ketiga putrinya dapat dijadikan pelecut semangat.

Meutia Hatta, puteri pertama Bung Hatta mengungkapkan bahwa ia mengucapkan banyak terima kasih kepada Ayah atas pendidikan lewat membaca yang diajarkan dalam keluarga. Bung Hatta selalu memberi buku-buku kepada tiga puterinya atau ketiga puterinya membeli buku dari uang saku yang Bung Hatta berikan.

Baca Juga: Begini Cara Menggairahkan Anak Membaca Buku

Penyebaran virus Korona yang cepat menimbulkan kepanikan tak terperi. Semua sektor kehidupan terkena dampak. Di sekolah tempat penulis berkarya di akhir pemelajaran Juni 2020 lalu mengadakan Gerakan 1 Siswa 1 Buku (G1S1B). Gerakan ini mengajak para murid peduli kepada pihak-pihak yang masih berkekurangan dalam hal penyediaan buku.

Situasi pandemi pada tahun 2020 sungguh membangkitkan kedermawanan setiap orang. Pun, para murid secara sukarela menyisihkan buku layak baca untuk dapat menyantuni pihak-pihak yang masih berkekurangan dalam mengakses sumber bacaan. Pihak sekolah hanya mengimbau, jika di antara mereka yang memiliki buku berlebih untuk didonasikan.

G1S1B berhasil mengetuk para murid untuk menyisihkan buku-buku layak baca yang sudah tidak dibaca di rumah masing-masing. Gerakan ini berhasil mengumpulkan ratusan buku. Para murid merasa berbahagia sebab sudah dapat berbagi, meskipun bukan dalam bentuk materi. Penyaluran buku dilakukan oleh pengurus OSIS bekerjasama dengan perpustakaan sekolah.

Untuk daerah yang masih bisa dijangkau, maka perwakilan pengurus OSIS dan perwakilan pustakawan sekolah langsung mengunjungi lokasi. Daerah Tanjung Kait di Desa Tanjung Anom, Kecamatan Mauk, Kab.Tangerang, Banten menjadi salah satu lokasi tujuan pihak sekolah menyantuni buku-buku bacaan. Sedangkan, untuk lokasi yang jauh dilakukan pengiriman dengan JNE.

Berbagi Buku Memberi Kebahagiaan

Menyantuni ilmu melalui pengiriman buku-buku bacaan pada pihak-pihak yang membutuhkan kini menjadi salah satu program OSIS di sekolah kami. Pada masa pandemi yang menakutkan justru menimbulkan gerakan literasi yang masif. 

Banyak penulis yang mengizinkan buku-bukunya diunduh secara gratis dan resmi untuk menemani siapa pun yang terpaksa menepi dan berdiam diri di rumah entah sampai kapan. Gerakan ini hendak memberi alternatif hiburan bagi masyarakat agar lebih memiliki variasi sumber bacaan di rumah. 

Pada masa pandemi semakin banyak kegiatan yang dilakukan dari rumah sehingga tersedianya beragam bacaan turut andil memberi kebahagiaan pada setiap orang. Semakin bahagia, semakin menambah imun yang sangat diperlukan untuk menangkal virus Korona.

Kebetulan sekali pada masa pandemi ini penulis berhasil pecah telur menyelesaikan novel perdana. Kini novel perdana penulis dengan judul, Beautiful Goodbye sudah memasuki masa prapesan. Sebagai ucapan syukur dan berbagi kebahagiaan penulis berbagi dan memberi secara cuma-cuma novel tersebut ke beberapa lokasi taman baca. Untuk pengiriman novel itu penerbit dan penulis mempercayakan jasa pengiriman melalui JNE. Jika puan dan tuan memiliki informasi lokasi taman baca yang membutuhkan donasi buku, silakan hubungi penulis ya.

Novel perdana penulis yang terlahir pada masa pandemi (Gambar dokumentasi pribadi)
Novel perdana penulis yang terlahir pada masa pandemi (Gambar dokumentasi pribadi)
Penulis percaya dengan berbagi buku (novel perdana tersebut) sama dengan berbagi kebahagiaan kepada anak-anak atau pengunjung taman baca. Keceriaan dan kebahagiaan anak-anak sungguh tergambar saat mereka memegang dan membaca buku pilihannya.

Keragaman buku dalam taman baca semoga dapat semakin membahagiakan anak-anak sehingga mereka dapat mengalami seperti seorang tokoh dalam novel, Perpustakaan Ajaib Bibbi Bokken karya Jostein Gaarder dan Klaus Hogerup, "Aku melihat ke bagian atas dinding dan selama beberapa saat merasa seolah buku-buku tersebut menatapku. Ya, seolah mereka bernyawa, dan memanggil: "Datanglah kepada kami! Jangan takut! Kemarilah!"

Penutup

Kesediaan berbagi dari para murid dengan menyisihkan buku layak baca di sekolah kami awalnya hanya spontanitas. Kini G1S1B masuk dalam agenda rutin kegiatan OSIS. Berbagi dan memberi perlu dibiasakan sejak dini agar jiwa dermawan masing-masing murid terbentuk.

Penulis juga mulai dari novel perdana yang baru saja terbit berkomitmen hendak memberi, berbagi, dan menyantuni beberapa taman baca yang membutuhkan dengan mengirimkan novel tersebut. Dalam buku atau novel yang diberi memuat ilmu yang tiada habis dicecap oleh para pembaca.

Berbagi, memberi, dan menyantuni tidak mengurangi apa yang seseorang miliki justru melipatgandakan kebahagiaan bagi pihak pemberi. Berbagi, memberi, dan menyantuni sama dengan bersedekah. Dari Abu Hurairah RA berkata: Rasulullah bersabda: "Apabila manusia meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga, yakni sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak sholeh yang mendoakan kepadanya." (HR Muslim).

Melihat wajah merona bahagia saat anak-anak berkutat membaca di taman baca dengan buku-buku kiriman para dermawan membersitkan kebahagiaan. Melalui aksara dalam ragam buku tersebut mereka menyerap banyak ilmu. Kelak saat dahaga pengetahuan mereka sudah terpuaskan, maka mereka akan pula berbagi. Dengan demikian spiral kebahagiaan dapat tercipta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun