Tiap gelaran kompetisi sepakbola baik dalam level benua ataupun antar benua (dunia) memunculkan kisah bahagia. Kisah timnas yang berhasil memperoleh trofi untuk kali pertama, misal: Perancis di Piala Dunia 1998, Spanyol di Piala Dunia 2010, dan Chili di Copa America 2015. Lain sisi, kompetisi internasional dalam level benua atau dunia kerap menghadirkan bintang-bintang sepakbola baru. Kebintangan mereka makin bersinar dalam turnamen tersebut.
Keberhasilan timnas akan melejitkan peringkat suatu negara dalam sistem rangking FIFA. Sedangkan, pemain-pemain yang bersinar akan mendatangkan kontrak baru untuk mereka dari klub-klub besar sepakbola di luar negaranya.
1. Transfer Pemain yang Mewarnai Copa America 2015
A. Roberto Firmino
Sebelumnya ia berkostum Hoffenheim saat membela Brasil di Copa America. Penampilan impresifnya selama membela Brasil mengundang Liverpool untuk menyodorkan kontrak sebesar 29 juta pound, atau setara dengan Rp 609 miliar. Gol indah dicetaknya kala mencetak gol kedua ke gawang Venezuela di fase grup C. Sayang kiprah Brasil terhenti oleh Paraguay melalui drama adu penalti. Seusai Copa America 2015 ia menjadi bagian Anfield Gank.
B. Jeison Murillo
Pemain muda terbaik pada Copa America 2015 ini resmi berseragam Nerrazzuri. Ia yang mencetak gol kala Kolombia menghempaskan Brasil di fase grup C Copa America. Sebelumnya ia berseragam Granada. Transfer Murillo sudah disepakati oleh Inter dan Granada sejak bulan Februari lalu. Namun baru hari Jumat (3/7/2015) ini diumumkan secara resmi oleh Inter Milan.
Tak disebutkan berapa dana yang dikeluarkan Inter untuk mendatangkan bek berusia 23 tahun itu. Namun Football Italia mengklaim nilai transfer Murillo sebesar delapan juta euro plus bonus dua juta euro. Bersama Inter, Murillo meneken kontrak berdurasi lima tahun.
C. Carlos Bacca
Pemain asal Kolombia yang turut serta membawa Sevilla meraih gelar Europa League pada musim kompetisi 2013/2014 dan 2014/2015. Pada Copa America 2015 ia kurang mendapat kepercayaan pelatih Jose Pekerman. Kala kontra Brasil ia masuk menggantikan Falcao, namun ia tak mencetak gol. Justru sebaliknya, ia terpancing emosi dengan menanduk Neymar hingga Bacca pun dihukum tak boleh membela Kolombia sebanyak dua kali.
Terlepas dari penampilannya yang buruk di Copa America 2015, Bacca tetap memikat klub-klub besar untuk memakai jasanya. Berlabuhlah ia di Rossoneri. Seperti dikabarkan Rai Sport Italia, kesepakatan AC Milan dengan mantan striker Sevilla, Carlos Bacca dilaporkan mencapai angka €30 juta. penyerang berusia 28 tahun itu bakal dikontrak selama empat tahun lamanya dengan gaji €3,5 juta per musim, tidak termasuk pajak. Lebih detail, maka Bacca akan mendapat bayaran sebesar €70 ribu per pekan.
D. Arturo Vidal
Bersama Juventus Vidal memiliki andil besar dalam klub kota Turin tersebut meraih beragam trofi. Musim 2014/2015 ia turut terlibat membawa Juve meraih double winner (scudetto Serie A dan Coppa Italia) dan menghantar Juve menapaki final UCL.
Di gelaran Copa America 2015 hampir saja penampilan impresifnya di lapangan ternoda dengan perilakunya mengebut di jalanan. Perilaku yang menyebabkannya mengalami kecelakaan mobil. Vidal mengemudi dalam kondisi mabuk dan Ferrari berwarna merah miliknya rusak parah.
Beruntung Vidal tak masuk penjara sehingga dapat terus membela Chili dalam tiap laga. Kehadiran Vidal di sektor tengah menjadi dirigen permainan Chili.
Harian Chile, La Tercerea, yang melaporkan gelandang berusia 28 tahun itu akan menandatangani kontrak lima tahun bersama Los Galacticos setelah Copa America rampung. Media yang sama juga mengklaim Juventus telah sepakat untuk menjual ke Madrid dan bahwa El Real tidak memiliki kekhawatiran tentang sikap Vidal di luar lapangan.
2. Para Pengukir Prestasi
A. Santander Fair Play: Peru
Spesialis peraih peringkat tiga dalam dua edisi gelaran Copa America 2011 dan 2015. Negara yang bermain dengan bertumpu pada kolektivitas tim dan tak hanya mengandalkan satu/ dua pemain bintang semata.
Tim Peru selama gelaran Copa America 2015 bermain dengan menjunjung tinggi sportivitas. Tak berlebihan kiranya Peru diganjar sebagai peraih fair play award.
B. Kia Motors Golden Gloves: Claudio Bravo (Chili)
Musim kompetisi 2014/2015 adalah masa gemilang bagi Bravo. Kepindahannya dari Real Sociedad ke Barcelona semakin menaikkan karirnya. Pengalamannya menjaga gawang di kompetisi La Liga membuat pelatih Barcelona, Luis Enrique memercayakan Bravo menjaga gawang Barca hanya untuk di La Liga. Sedangkan, di kompetisi UCL gawang Barca dipercayakan Marc Andre Stegen. Keputusan Enrique amat tepat hingga gawang Barca minim kebobolan dan dapat meraih treble winner (La Liga, Copa del Rey, dan UCL).
Kesuksesan Bravo membela klub pun berimbas ke timnas Chili. Gawang Chili aman dalam kawalannya. Dalam laga final terlihat jelas kualitas Bravo dalam hal ketenangan dan kepercayaan diri mengawal gawangnya. Ketenangan dan kepercayaan dirinya cukup membuat gentar eksekutor penalti Argentina, Gonzalo Higuian dan Ever Banega. Drama adu penalti pun dilalui Bravo dengan gemilang sehingga ia layak mendapat trofi Golden Gloves Copa America 2015.
C. Claro Best Young Player: Jeison Murillo (Kolombia)
Penampilan Murillo di Copa America 2015 cukup menyita perhatian. Sebagai pemain belakang ia dapat menjaga daerah pertahanan Kolombia dengan baik. Penampilan gemilangnya terjadi kala ia mencetak gol penentu kemenangan Kolombia atas Brasil di fase grup.
Kegemilangan permainan Murillo pun diganjar oleh penyelenggara Copa America 2015 sebagai pemain muda terbaik. Selain itu, seusai perhelatan Copa America ia pun akan membela klub barunya, Inter Milan.
D. Santander Top Scorer: Eduardo Vargas (Chili) and Paolo Guerrero (Peru)
Dua perhelatan Copa America 2011 dan 2015 menorehkan tinta manis bagi Guerrero. Ia mencetak hattrick dalam dua perhelatan Copa America tersebut. Pemain yang pernah membela Bayern Muenchen tersebut memiliki insting mencetak gol di atas rerata. Kesempatan sekecil apa pun dapat ia ubah jadi gol.
4 gol dicetak Guerrero dalam dua laga, yakni: 3 gol kala melawan Bolivia dan 1 gol kala Peru hempaskan Paraguay dalam perebutan posisi tiga Copa America 2015.
Vargas, yang musim lalu bermain sebagai pemain pinjaman di Queens Park Rangers menampilkan permainan yang aktraktif. Sukses Cile menembus partai final Copa America 2015 justru ditentukan lewat aksi Eduardo Vargas. Bomber 25 tahun itu memborong dua gol kemenangan Cile ke gawang Peru pada laga semifinal.
Dua gol tersebut tergolong istimewa. Situs Opta mencatat, gol Vargas tercipta tanpa assist dan kontribusi pemain lain. Gol kedua yang menjadi penentu kemenangan La Roja tak kalah spesial. Sebab, gol tersebut dicetak lewat tendangan dari jarak sekitar 27 meter.
Sebagai peraih sepatu emas (top skor) Vargas berharap keraguan manajemen Napoli pupus. Ia secara resmi berstatus pemain Napoli. Tim berjuluk Partenopei itu merekrut Vargas dari Universidad de Chile pada musim panas 2012. Namun Napoli hanya enam bulan memberikan kesempatan padanya. Selanjutnya, ia nomaden dengan status pinjaman. Mulai Gremio (2013), Valencia (2014), hingga QPR (2015).
E. Menghapus Trauma Tragedi Santiago
Beragam torehan manis dibukukan Chili dalam gelaran Copa America 2015. Sebagai tuan rumah Chili berhasil menghapus “kutukan mitos” yang berlangsung selama 14 tahun. Sejak Kolombia menjuarai Copa America 2001, tak ada lagi tim tuan rumah yang sanggup menembus semifinal hingga Chili pada Copa America 2015, sebagai tuan rumah dapat menembus semifinal. Jorge Valdivia, pemain Chili meraih sebagai pencetak assist terbanyak.
Tak ada yang lebih manis selain menghapus trauma terhadap tragedi Santiago bagi bangsa Chili. Tragedi Santiago merupakan momen hitam bagi sejarah sepakbola Chili. Pada Piala Dunia tahun 1962, 77 ribu penonton memadati laga semifinal Chili vs Brasil untuk menjadi saksi bahwa generasi La Roja mampu menekuk Brasil, melangkah ke final, dan menjadi juara dunia untuk kali pertama. Impian kala itu kandas dan membuat amarah pendukung Chili murka, lalu membakar stadion.
Di final Copa America 2015 kembali para pendukung tim Chili memadati stadion Santiago. Kibaran bendera Chili terus mengelorakan semangat para pemain yang sedang berlaga. Dewi fortuna kini menghampiri. 2x45 menit + extra time tak membuahkan gol, Chili vs Argentina harus mengalami drama adu penalti.
Sorak-sorai membahana kala Alexis Sanchez dengan Panenka Kick berhasil menceploskan bola ke gawang Argentina. Chili pun juara untuk kali pertama di turnamen sepakbola internasional. Inilah pretasi tertinggi Chili dalam gelaran Copa America sejak keikutsertaan mereka pada 1991 (peringkat tiga), 1993;1995;1997 (fase grup), 1999 (semifinalis), 2001 (perempat finalis), 2004 (fase grup), 2007 dan 2011 (perempat finalis). Trauma tragedi Santiago berhasil terhapus. Stadion Santiago di Copa America 2015 menjadi saksi bahwa timnas Chili kini sudah menjadi pemenang.
Sumber Bacaan:
Tabloid Soccer, 28 Juni 2014.
Harian Bola, 26 Juni 2015.
http://www.goal.com/id-ID/news/1353/sepakbola-italia/2015/06/29/13142602/ini-rincian-kontrak-carlos-bacca-di-ac-milan
http://sport.detik.com/sepakbola/read/2015/07/03/193722/2960072/71/jeison-murillo-resmi-jadi-milik-inter
http://www.jawapos.com/baca/artikel/19681/Eduardo-Vargas-Memburu-Modal-untuk-Kembali-ke-Napoli
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H