"Terus kamu mau pergi ke mana sama siapa?" tanya Jon Kipli semakin cemburu.
"Begini, ya Mas Kipli ... hari ini Mas Joko mau datang, besoknya gantian Mas Wowo. Sekarang aku bersama rombongan mau bertemu Mas Joko, si kurus idolaku itu, untuk memantapkan janji-janji manisnya. Besoknya ketemu sama Mas Wowo," kata Lady Cemplik.
"Kok dua-duanya mau didatangi?" tanya Tom Gembis yang sedari tadi cuma melongo.
"Wanita kan sukanya memilih. Nanti kalau cocok dan janji-janjinya terdengar gimana gitu ... baru aku akan memilih salah satunya," jawab Lady Cemplik.
"Wah, lha kalau itu aku juga mau ikut," kata Gendhuk Nicoli.
"Lho kamu kok ya ikut-ikutan Lady Cemplik. Terus di kamarmu kamu pasang gambarnya si Wowo lagi joget untuk apa? Ora cetho!" kata Tom Gembis.
"Lhah ... namanya juga kampanye, Mas Gembis. Dengarkan dulu semua janji-janji mereka. Kalau sudah mantap baru dipilih di bilik suara. Sekarang semua masih bisa berubah. Jangan kaya lagunya Mas Katon Bagaskoro itu ... 'tak bisa ke lain hati'. Ini menyangkut masa depan kita berdua juga, Mas Gembis."
"Sudah, yuk, Ndhuk Nicoli, kita berangkat," kata Lady Cemplik.
Mereka berdua segera pergi meninggalkan Jon Kipli dan Tom Gembis di salon yang masih belum bisa memahami tingkah gadis-gadis pujaan mereka.
"Blaik ... ternyata mereka akan ikut kampanye, Pli," kata Tom Gembis.
"Iya, Mbis. Tapi aku salut pada mereka dan grupnya. Meski beda pilihan tetap akur dan gayeng."