Mohon tunggu...
Masbom
Masbom Mohon Tunggu... Buruh - Suka cerita horor

Menulis tidaklah mudah tetapi bisa dimulai dengan bahasa yang sederhana

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Beda Pilihan Tetap Akur

11 April 2019   12:02 Diperbarui: 11 April 2019   12:37 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

... di suatu pagi di kampung pinggir Bengawan Solo ....

"Mereka berdua akan datang ke Solo dan aku akan menemuinya secara bergantian setelah itu aku akan menentukan pilihan," begitu kata Lady Cemplik di sebuah salon di pojok kampungnya.

"Akhirnya kamu 'payu' juga ya, Mbakyu Cemplik," kata ibu pemilik salon.

"Ya, iyalah, Mbokdhe! Meskipun orang-orang sawah itu bilang tubuhku 'big size' tapi tetap terlihat menarik. Mereka juga bilang wajahku manis. Makanya aku dipanggil Lady ... Lady Cemplik," katanya sambil tersenyum manis.

"Siapa mereka Mbakyu, kok ya bisa-bisanya memperebutkan dirimu?"

"Mereka berdua itu pengusaha dan yang pasti kaya." 

"Wah, beruntung kamu, Mbakyu Cemplik."

"Iya ... dan aku tidak mau salah pilih. Meskipun kaya tetapi mereka harus selalu perhatian padaku dan dapat membahagiakan serta menyejahterakan hidupku nantinya. Intinya dia harus bisa memenuhi semua kebutuhanku sesuai dengan janjinya-janjinya dulu."

"Oo, begitu, ya."

"He he he ... jadi wanita itu harus pandai memilih," katanya sambil memiring-miringkan kepalanya mencari posisi yang pas buat selfi.

Cekrek ... foto Lady Cemplik dengan kepala miring dan mulut sedikit monyong itu segera tersebar di grup WAnya. Dan grup WA 'gadis memasak dulu sebelum keluar rumah' pun geger.

"Blaik ...  bukannya upload masakan malah Lady Cemplik sepagi ini sudah nyalon, emangnya dia ndak masak dulu apa? Ini pelanggaran!" gerutu Gendhuk Nicoli ketika melihat  kiriman foto Lady Cemplik di grupnya.

Dia segera mengomentarinya. Ditunggu beberapa saat tidak ada komentar balik, bahkan dibaca pun tidak. Akhirnya dengan hati mendongkol Gendhuk Nicoli mengeluarkan sepeda motornya menuju ke tempat Lady Cemplik sedang nyalon.

"Hei Cemplik! Kamu telah melanggar aturan grup tidak boleh keluar rumah sebelum upload masakanmu," kata Gendhuk Nicoli.

Lady Cemplik pun terkejut melihat kehadiran Gendhuk Nicoli. Segera dia mengambil hp dan membuka WAnya.

"Blaik ... ternyata aku salah tempat kirim fotoku," katanya sambil tertawa sendiri.

"Lady Cemplik kamu tidak konsisten!" kata Gendhuk Nicoli menghentikan tawa Lady Cempluk.

"Maaf, Ndhuk Nicoli. Urusan ini lebih penting dari pada memasak. Aku akan bertemu dengan seseorang dan ini menyangkut masa depanku ..."

"Aku tidak peduli!" kata Gendhuk Nicoli memotong pembicaraan Lady Cemplik.

Terjadi perdebatan di antara gadis suka memasak itu hingga terdengar dari luar. Dan Jon Kipli dan Tom Gembis yang kebetulan lewat di depan salon untuk membeli nasi sayur pun menghentikan langkahnya.

"Mbis, bukankah itu motor Lady Cemplik pujaan hatiku?" tanya Jon Kipli

"Iya, Pli ... dan di sebelahnya itu motor Gendhuk Nicoli pujaan hatiku. Terus apa yang sedang mereka pertengkarkan di sana?" Tom Gembis merasa heran.

Mereka pun masuk ke dalam salon melihat situasinya.

"Ada apa ini?" tanya Jon Kipli.

"Begini, Mas Kipli. Lady Cemplik telah melanggar aturan grup 'gadis memasak dulu sebelum keluar rumah'. Dan lho ... saya kira dia mau pergi sama Mas Kipli?" tanya Gendhuk Nicoli.

Jon Kipli hanya diam dan mulai terlihat cemburunya.

"Jangan salah paham dulu, Mas Kipli ... aku tetap padamu, kok. Acara nanti itu lebih penting karena ini menentukan nasib kita berdua juga, Mas," kata Lady Cemplik.

"Acara apa to itu sebenarnya?" Gendhuk Nicoli pun merasa penasaran.

"Lha apa kamu tidak membaca info di grup WA 'gadis manis suka dandan tapi tidak menor' to?" tanya Lady Cemplik

Gendhuk Nicoli cuma geleng kepala. Sementara Jon Kipli dan Tom Gembis garuk-garuk kepala.

"Sebenarnya berapa grup WA to yang kalian berdua ikuti?" tanya Jon Kipli.

"Banyak, Mas ...." jawab mereka berdua sambil nyengir kuda.

"Terus kamu mau pergi ke mana sama siapa?" tanya Jon Kipli semakin cemburu.

"Begini, ya Mas Kipli ... hari ini Mas Joko mau datang, besoknya gantian Mas Wowo. Sekarang aku bersama rombongan mau bertemu Mas Joko, si kurus idolaku itu, untuk memantapkan janji-janji manisnya. Besoknya ketemu sama Mas Wowo," kata Lady Cemplik.

"Kok dua-duanya mau didatangi?" tanya Tom Gembis yang sedari tadi cuma melongo.

"Wanita kan sukanya memilih. Nanti kalau cocok dan janji-janjinya terdengar gimana gitu ... baru aku akan memilih salah satunya," jawab Lady Cemplik.

"Wah, lha kalau itu aku juga mau ikut," kata Gendhuk Nicoli.

"Lho kamu kok ya ikut-ikutan Lady Cemplik. Terus di kamarmu kamu pasang gambarnya si Wowo lagi joget untuk apa? Ora cetho!" kata Tom Gembis.

"Lhah ... namanya juga kampanye, Mas Gembis. Dengarkan dulu semua janji-janji mereka. Kalau sudah mantap baru dipilih di bilik suara. Sekarang semua masih bisa berubah. Jangan kaya lagunya Mas Katon Bagaskoro itu ... 'tak bisa ke lain hati'. Ini menyangkut masa depan kita berdua juga, Mas Gembis."

"Sudah, yuk, Ndhuk Nicoli, kita berangkat," kata Lady Cemplik.

Mereka berdua segera pergi meninggalkan Jon Kipli dan Tom Gembis di salon yang masih belum bisa memahami tingkah gadis-gadis pujaan mereka.

"Blaik ... ternyata mereka akan ikut kampanye, Pli," kata Tom Gembis.

"Iya, Mbis. Tapi aku salut pada mereka dan grupnya. Meski beda pilihan tetap akur dan gayeng."

11.04.2019

~lembah bengawan solo~

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun