Tapi untunglah kejadian itu tidak berlangsung lama. Meskipun aku tidak menggunakan seblak sapu lidi untuk mengusirnya. Lelembut atau makhluk halus itu pergi dengan sendirinya. Sepertinya dia cuma ingin menyapa Alice yang baru pertama kali bermalam di sana.
"Yah, sudah diseblaki tempat tidurku?" Pertanyaan itu membuyarkan ingatanku dan kulihat Alice telah berdiri di dekatku.
"Sudah, ayo tidur," jawabku sambil mengusap lembut kepalanya.
Alice segera naik ke tempat tidurnya. Tetapi dia tidak segera merebahkan tubuhnya dan hanya duduk di sampingku. Pandangan matanya mengarah ke pintu kamar dan sesekali beralih ke seblak kasur sapu lidi yang masih Aku pegang.
"Yah, bolehkah Mbak Andung tidur bersamaku?"Â
"Si ... siapa? Mbak Andung? Mbak Andung siapa?" tanyaku gugup dan agak merinding. Karena Aku sudah bisa menebak siapa sebenarnya Mbak Andung itu.
"Dia temanku, Yah," jawab Alice sambil menunjuk ke arah pintu kamar. Tetapi Aku tidak melihat siapa pun di sana.
"Tidak! Dia tidak boleh tidur di sini. Suruh dia pulang atau ayah akan usir dengan seblak ini!" Aku semakin merinding karena harus berhadapan dengan lelembut yang belum pernah Aku lihat wujudnya.
"Jangan, Yah, Mbak Andung sudah pulang ...." kata Alice sambil menunduk sedih.
Dia segera merebahkan tubuhnya menghadap ke tembok sambil memeluk boneka kesayangannya. Kuusap lembut punggungnya untuk menenangkannya.
"Katakan pada Mbak Andung jangan sering-sering main ke sini. Tempatnya bukan di sini. Dia punya rumah sendiri di sana."