Tibalah malam yang dijanjikan laki-laki itu, malam purnama kedua belas. Tapi malam itu cuaca sedang tidak bersahabat. Mendung tebal menggantung di langit. Udara dingin menyelimuti perkampungan itu. Sesaat kemudian rintik hujan turun membasahi bumi dan purnama pun enggan menampakkan dirinya. Dengan harap-harap cemas aku menunggu hingga hampir tengah malam. Saat kulihat seseorang datang dan berdiri di tengah halaman rumah orang tua itu.
"Engkau telah datang anak muda!" sapa orang tua.
"Benar, orang tua. Ke mana orang-orang kampung ini? Apakah kalian sudah tidak mau meniup trompet bersamaku?"
"Semenjak kepergianmu, banyak di antara kami yang enggan meniup trompet karena tidak bisa semerdu tiupan trompetmu. Cuaca malam ini juga tidak bersahabat. Mendung tebal dan hujan membuat mereka enggan untuk keluar rumah," jawab orang tua.
"Baiklah, akan aku buat cuaca malam ini cerah dan purnama dapat bersinar kembali."
Laki-laki itu mengambil posisi sikap sempurna. Dia menarik nafas panjang sambil mengangkat tangannya lurus ke atas. Kemudian perlahan-lahan diturunkan dengan menahan napasnya. Terlihat otot bahu dan punggungnya menegang. Sungguh ajaib!!! Punggung laki-laki itu terbelah kecil di tempat kedua tulang belikatnya. Dan dari sana perlahan-lahan muncul sepasang sayap putih yang semakin lama semakin besar hingga seukuran halaman rumah itu.
Laki-laki itu kemudian mengepak-ngepakkan sayapnya sehingga timbul hembusan angin yang sangat kuat. Pohon-pohon berguncang, debu-debu dan daun-daun gugur beterbangan ke sana ke mari. Hujan dan mendung sirna terbawa hembusan angin itu. Purnama kedua belas pun muncul dengan cahaya indahnya.
Orang tua dan beberapa orang pembuat trompet yang berada di sana dibuat terpana oleh pemandangan itu. Sosok laki-laki bersayap yang belum pernah terlintas dalam angan-angan mereka selama ini berada di depan mata. Dan di bawah cahaya purnama, sepasang sayap putih itu terlihat begitu indah berkilauan.
"Akan aku undang orang-orang kampung ini untuk menyambut datangnya bidadari malam," kata laki-laki itu sambil mengangkat trompet siap ditiupnya. Dalam genggaman tangannya trompet itu terlihat semakin lama semakin besar bentuknya.
"Laki-laki bersayap! Dialah yang selama ini aku cari. Tuhan ... aku telah menemukan dia."
"Tahan dia agar tidak meniup trompetnya dan perintahkan untuk segera kembali ke Negeri Langit," kata Tuhan kepadaku. Aku mendekat dan berdiri di hadapan laki-laki itu untuk menyampaikan perintah Tuhan.