"Mengapa engkau tetap membuat begitu banyak trompet, wahai orang tua?"
"Laki-laki itu berpesan kepadaku agar terus membuat trompet dan kelak di malam purnama kedua belas dia akan datang lagi. Dia akan meniup trompet-trompet itu bersama orang-orang di kampung ini."
Saat purnama kedua belas? Saat itu turunnya para bidadari malam ke langit bumi. Dan sudah menjadi kebiasaan laki-laki bersayap di Negeri Langit, dia akan menyambut dan menyaksikan para bidadari malam itu menari-nari mengelilingi purnama kedua belas hingga terbit fajar. Mungkin benar dugaanku bahwa laki-laki itu yang sedang Aku cari.
"Bukankah orang-orang sudah tidak menyukai trompet karena suaranya tidak merdu lagi? Lantas ... siapakah nantinya yang akan meniup trompet-trompet ini?"
"Entahlah ... aku sendiri juga tidak tahu," jawab orang tua itu tertunduk lesu.
"Sekarang di manakah laki-laki itu? Kenapa dia meninggalkan perkampungan ini?"
"Dia mengatakan untuk sementara waktu  bersembunyi karena akan ada seseorang yang datang mencarinya dan memaksanya pulang ke asalnya."
Tidak ada yang tahu pasti dari mana asal laki-laki itu. Konon kabarnya laki-laki itu berasal dari Negeri Langit. Dia turun karena sering mendengar bunyi trompet penduduk bumi. Dia juga mengajari penduduk bumi untuk membuat dan meniup trompet agar bisa semerdu tiupan trompetnya. Tapi tetap saja tidak ada yang bisa semerdu bunyi trompet buatan laki-laki itu. Dan setiap malam purnama kedua belas dia mengajak seluruh penduduk bumi meniup trompet untuk menyambut turunnya para bidadari malam ke langit bumi.
"Apakah laki-laki itu bersayap?" tanyaku penasaran.
"Konon ketika turun dari langit laki-laki itu terbang dengan sayapnya. Dan sayap itu menghilang setelah dia menginjakkan kakinya ke bumi. Hingga sekarang tidak pernah terlihat sepasang sayap pada diri laki-laki itu," jawab orang tua.
Dia tidak bersayap lagi? Mungkin dia bermaksud menyamarkan identitasnya pada penduduk bumi. Dengan kekuatan dari Negeri Langit yang dimilikinya dia bisa menyembunyikan sayapnya.