Aku memalingkan wajah. Tubuhku gemetaran dan bersiap mengambil langkah seribu. Tetapi ke dua kakiku seperti terpaku dan menghujam sangat dalam ke dalam tanah. Tubuhku terasa limbung ketika merasakan sebuah tangan menepuk pundak dan menyapaku.
"Kenapa berhenti? Takut ya lewat jalan ini?"
Suara itu terdengar berat di telingaku dan memaksaku untuk menoleh. Ya Tuhan ... ada makhluk lain lagi! Sesosok tubuh besar berwarna hijau gelap dengan bulatan mata hitam berdiri di belakangku. Itu buto ijo! Pandanganku nanar ke arahnya tapi buto ijo itu malah tersenyum padaku.
Senyuman itu menyadarkan Aku pada seorang teman yang telah berjanji bertemu di tempat ini. Ternyata dia datang dengan kostum buto ijonya.
Aku merasa lega dan menunjuk ke arah rumpun bambu tadi dan bertanya padanya.
"Kamu melihat nenek bongkok di sana?"
"Tidak, yang kulihat hanya boneka kayu jailangkung tergeletak di tanah di depan rumpun bambu."
Dia mengajakku melanjutkan perjalanan. Tapi kaki ini masih terasa berat untuk melangkah dan punggungku seperti menanggung berat beban tubuh orang dewasa. Seperti ada yang menaiki punggungku. Dengan tertatih-tatih menyusuri jalan setapak Aku berjalan di belakang buto ijo menuju tempat pesta Halloween. Keringatku bercucuran meski udara malam itu terasa sangat dingin. Dan kami disambut oleh para hantu Hallowen ketika sampai di depan pintu pagar halaman rumah tua.
Para hantu itu hanya berkerumun di sana dan tidak ada seorang pun masuk ke halaman rumah yang telah di buat panggung untuk pesta Hallowen.
"Baru saja terjadi insiden dan semua peserta berhamburan keluar dari tempat pesta," kata salah seorang panitia menceritakan kejadian di sana.
"Aliran listrik tiba-tiba putus, suasana menjadi gelap di sana. Kemudian terdengar benda berat jatuh di panggung. Terus kalian lihat sendiri ada apa di sana."