Mohon tunggu...
Masbom
Masbom Mohon Tunggu... Buruh - Suka cerita horor

Menulis tidaklah mudah tetapi bisa dimulai dengan bahasa yang sederhana

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Cerpen Jogja 1990] Dua Sahabat

9 Oktober 2018   07:53 Diperbarui: 9 April 2019   00:11 899
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tono kembali memperhatikan jurus-jurus tersebut. Tapi gerakan itu terlihat masih asing baginya.

“Itu jurus apa, Son?”

“Hmm ... itu sudah tingkat lanjut, Son. Ada jurus R, jurus pengembangan, gerak tipuan, dan masih banyak lagi macamnya. Besok kita juga akan mempelajarinya jika kamu memang berminat, Ton.”

“Iyalah ... tanggung nih, sudah belajar dari awal masak tidak dilanjutkan.”

"Ayo, Ton, dimakan dulu sawo keciknya. Ntar kamu kecewa kalau kita sudah berangkat kamu belum sempat mencicipi ... atau mau dibawa untuk bekal diperjalanan?"

"Ah ... kamu itu, pakai bawa bekal segala. Memangnya perjalanan ke Alun-Alun mau berapa hari?" jawab Tono balik bertanya sambil mengambil sawo keciknya.

Sang mentari pun berjalan lambat condong ke arah barat. Panas sinarnya masih terasa menyengat kulit dan membuat bayangan Tugu Pal Putih semakin memanjang di jalanan beraspal. Dan langit senja pun mulai mengintip di cakrawala menuntun sang mentari menuju peraduannya.

"Ayo berangkat, Ton. Matahari sudah turun ke barat. Jalanan juga sudah tidak begitu panas," ajak Sono.

Sepasang remaja belasan tahun itu berpakaian rapi dan bersemangat mengayuh sepedanya keluar dari halaman rumah Sono dan menyusuri jalanan di pinggiran kampung mereka di tepi Kota Jogja bagian utara. Bagaikan sebuah payung raksasa pohon-pohon di samping kiri kanan jalan memayungi dan membuat teduh jalanan di kampung itu.

Terdapat sebuah selokan dengan aliran air yang cukup untuk mengairi petak-petak sawah di sepanjang alirannya sekalipun di musim kemarau. Mereka menyusuri jalan kecil beraspal di sepanjang tepi selokan itu. Sampai di cakruk (pos ronda) dengan sebuah kenthongan besar di pojok pertigaan jalan mereka mengambil jalan ke kiri menyusuri jalanan tanah berbatu dan berdebu. Beberapa rumah telah mereka lewati sampai tiba di jalan raya. Mereka terus menyusuri jalan raya hingga melintasi jalan lingkar (ring road) utara dan meluncur menuju perempatan Tugu Pal Putih.

Ada yang menarik perhatian mereka pada Tugu Pal Putih ini sehingga mereka menghentikan sejenak laju sepedanya. Mereka turun dan menuntun sepedanya berjalan mendekat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun