Mohon tunggu...
Masbom
Masbom Mohon Tunggu... Buruh - Suka cerita horor

Menulis tidaklah mudah tetapi bisa dimulai dengan bahasa yang sederhana

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Cerpen Teka-Teki] Detektif Amatiran 2

26 September 2018   08:29 Diperbarui: 26 September 2018   15:29 711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagian pertama dapat di baca di sini

Dengan langkah gontai Aku keluar dari angkringan. Menyusuri jalan tanah berdebu dan berkerikil tajam. Sesekali kakiku menendang dan melontarkan kerikil-kerikil tersebut. Debu pun beterbangan dan mengharuskan Aku untuk menutup hidungku sendiri.

Berkali-kali Aku tengok layar hp-ku. Tidak ada notifikasi yang masuk dalam grup WA Detektif Amatiran. Aku benar-benar pusing tujuh keliling. Sementara pemilik kontrakan berkali-kali menghubungiku menanyakan hasil interogasiku pada ke empat gadis sexy tersebut.

Aku Kembali teringat pada tingkah polah mereka. Ah ... mereka membuat pikiranku membeku di atas awan. Tidak ada jalan keluar dari masalah ini. Sebuah kalimat yang keluar dari mulut masing-masing gadis itu saling membelit sehingga sukar bagiku untuk menentukan siapakah yang tidak berbohong. Dolly, Alexis, dan Cindy saling menuduh, hanya Allena yang membela diri. Teori dasarnya seseorang yang menuduh biasanya untuk menutupi kesalahannya. Apakah mereka bertiga telah berkonspirasi melakukan pembunuhan itu dan sekarang saling menyalahkan? Kalau begitu siapakah otak dari pembunuhan ini? Aku mencoba mengurai kebekuan otakku.

Apakah Allena berkata benar? Atau hanya memanfaatkan situasi saja di saat teman-temannya saling menyalahkan hingga dia bisa berkelit dan menghindari tuduhan itu?

Langkahku terhenti ketika melihat sekelompok pelajar di sebuah pos ronda. Mereka asyik berkerumun seperti sedang mengerjakan tugas dari gurunya. Mereka mendiskusikan sesuatu ... dan Aku pun mendengarkan pembicaraan mereka. Terjadi perdebatan tapi dapat diselesaikan dengan mudah oleh salah seorang siswa tersebut.

Tiba-tiba terdengar bunyi sirine ambulan dan mobil polisi. Mereka menuju tempat kontrakan mewah itu. Aku pun terkejut. Rupanya kabar pembunuhan itu telah sampai ke telinga polisi.

Panggilan WA-ku berdering ....

"Polisi segera datang dan akan membawa ke empat gadisku. Cepatlah selesaikan tugasmu."

"Bukankah polisi akan lebih baik untuk menyelesaikan masalahmu?"

"Tidak!!! Aku tidak ingin kehilangan semuanya ...."

"Semuanya ...? Apa maksudmu?"

"Ee ... tidak. Selesaikan saja tugasmu. Tunjuk salah satu diantara mereka. Dan masalah ini selesai."

Pemilik kontrakan menutup teleponnya tanpa menunggu kesanggupanku. Aku makin kebingungan bagaimana menyelesaikan masalah ini. Tidak mungkin Aku asal tunjuk tanpa alasan yang kuat di hadapan para polisi di sana. Bisa-bisa Aku masuk penjara karena tuduhan palsu. Aku kembali mendengar pembicaraan para siswa itu.

"Bagaimana kamu bisa mengambil kesimpulan dari soal ini?"

"Mudah saja. Dengan mengambil permisalan dan menegasikan kalimat yang lainnya, kita dapat menyelesaikan soal ini."

Kesimpulan dari permisalan dan negasi, apa maksudnya? Bukankah itu suatu teori? Aku bergegas menuju rumah kontrakan mewah untuk menyelesaikan kasus ini.

Sampai di sana polisi sudah bersiap membawa ke empat gadis sexy itu. Ups ... mereka semakin hot dan tampak liar dihadapanku. Pemandangan itu hampir saja membuyarkan konsentrasiku. Segera kuambil botol minumanku dan kuteguk untuk mendinginkan otakku.

"Untuk apa kamu datang? Apakah kamu akan mengorbankan salah satu temanku dengan teorimu, Detektif Amatiran?" kata Cindy menatapku tajam.

"Tidak! Aku akan menyelesaikan masalah ini ..."

Aku menyodorkan selembar kertas bertuliskan hasil interogasiku pada salah seorang polisi di sana.

Dolly : Alexis, dialah pembunuh pria itu.
Alexis : Cindylah pembunuhnya.
Allena : Aku tidak membunuhnya.
Cindy : Alexis telah berbohong padamu.

"Bagaimana mungkin ini bisa menjelaskan semuanya?"

Dengan hati-hati Aku menjelaskan teori Detektif Amatiranku ....
Aku misalkan perkataan Dolly benar maka perkataan dari ke tiga temannya adalah negasinya atau kebalikannya. Sehingga ada dua fakta saling bertentangan, yaitu Alexis dan Allena sebagai pembunuhnya. Dan ini tidak mungkin terjadi. Semua mendengar penjelasanku dengan seksama.

Seandainya perkataan Alexis atau Allena yang benar maka dengan cara yang sama akan dihasilkan fakta-fakta yang saling bertentangan juga. Sehingga kesimpulanku hanya Cindy yang berkata benar. Dengan demikian dari negasi ke tiga perkataan teman yang lain tidak ada fakta yang bertentangan dan kebohongan mereka tidak akan saling berbenturan. Jadi Allenalah pembunuhnya berdasarkan teori ini. Semua terkejut dan mengarahkan pandangan matanya pada Allena.

image-5bab46716ddcae347f4fb904.jpg
image-5bab46716ddcae347f4fb904.jpg
"Bukan aku ... aku hanya disuruh untuk mengantarkan minuman pada pria itu. Aku ... aku tidak tahu siapa yang telah membuatnya," kata Allena mencoba membela diri.

"Faktanya kamu yang membawa dan memberikan minuman itu. Siapa pun akan tahu bahwa kamu yang telah membunuh pria itu," kataku.

"Benar ... dia pasti yang telah membunuh pria itu. Allena adalah pembunuhnya. Dan masalah ini telah selesai. Pak polisi ... cepat bawa Allena dan jebloskan dalam penjara," kata pemilik kontrakan dengan mantap. Dan Allena hanya bisa menatap tajam padanya tanpa bisa berkata-kata lagi.

"Tenang dulu ... ada penyimpangan teori dari kasus ini. Dan Allena bukan pembunuh yang sebenarnya karena dia hanya dimanfaatkan sebagai alat untuk membunuh."

Semua yang hadir saling pandang. Mereka berharap-harap cemas untuk segera mengetahui siapa pembunuh yang sebenarnya. Aku tatap mereka satu per satu dari ujung kepala hingga ujung kaki. Tidak ada desah suara dan gerakan-gerakan erotis seperti dulu. Semua menjadi tegang menunggu penjelasanku selanjutnya. Aku tatap pemilik kontrakan yang mencoba bersikap tenang.

"Kamulah pembunuh yang sebenarnya," kataku sambil menunjuk sang pemilik kontrakan.

"Kau ... kau telah menuduhku? Tidak ada bukti untuk itu!"

"Bukankah kamu sendiri telah mengatakan tidak ingin kehilangan semuanya? Itu berarti kamu telah membunuh pria itu dan akan kehilangan semua harta yang kamu miliki."

Para gadis terkejut dan tidak menyangka atas kesimpulanku ini. Benarkah pemilik kontrakan pembunuhnya? Apakah alasannya dia membunuh pria itu?

Pemilik kontrakan telah membunuh pria playboy kaya raya karena merasa tersaingi dalam mendekati ke empat gadis sexy yang tinggal di rumah kontrakannya. Keadaan di sana menjadi berubah setelah pria itu datang dengan membawa uang yang begitu banyak dan mengalihkan perhatian ke empat gadis sexy tersebut. Pemilik kontrakan membunuh untuk mengambil harta kekayaan pria itu agar ke empat gadis sexy itu tidak berpaling darinya. Dia memanfaatkan situasi ini, saat mereka berempat sedang bertikai memperebutkan pria kaya itu. Dia juga memanfaatkan Allena karena setelah kedatangan pria itu, Allena yang paling disukainya tidak mau lagi diajaknya berkencan.

"Ada bukti lain, tetapi telah kamu singkirkan juga. Di mana pembantumu? Kamu pecat dan kamu usir dia atau malah kamu bunuh juga dan kamu sembunyikan mayatnya? Karena dia yang telah membuat minuman atas perintahmu. Minuman yang telah kamu beri racun. Dan dia menyuruh Allena memberikan minuman kepada pria itu atas perintahmu juga."

Semua mata tertuju pada pemilik kontrakan. Pak polisi segera mendatanginya dan memasang borgol pada ke dua tangannya. Dia dibawa ke kantor polisi untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Ke empat gadis tersenyum lega. Allena berjalan perlahan ke arahku dengan gerakan sexy membuat darahku sedikit mendidih. Ke tiga temannya pun mengikutinya dari belakang.

"Terimakasih telah menyelamatkanku," kata Allena dengan senyum menggoda ....

Slo.26.09.18

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun